This too shall pas - foto dari cdn.shopify.com |
Saya pernah menerima pesan dari grup
WA berbunyi "THIS TOO, SHALL PASS" _(Yang inipun, akan berlalu)
Ada seorang bijak mengenakan cincin
bertuliskan "THIS TOO, SHALL PASS" _( dalam Bahasa Indonesia berarti
“Yang inipun, akan berlalu”)
Awalnya sang bijak tidak terlalu
paham dengan tulisan itu. Tapi suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan hidup
yang pelik, tak sengaja ia membaca tulisan di cincin itu *"YANG INI PUN
AKAN BERLALU,"*
lalu ia pun menjadi lebih tenang Dan
tatkala ia sedang bersenang-senang, ia pun tak sengaja membaca tulisan di
cincin itu *"YANG INI PUN AKAN BERLALU,"* lantas ia menjadi rendah
hati kembali.
Ketika kita mempunyai masalah besar
ataupun sedang dalam kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat : *"YANG
INI PUN AKAN BERLALU "* Tidak ada satupun di dunia ini yang abadi.
Jadi, ketika kita punya *masalah*,
jalanilah & janganlah terlalu bersedih. Demikian juga tatkala kita sedang
senang, nikmatilah dan syukuri, jangan lupa diri.
Ingatlah, apapun yang kita hadapi
saat ini, *semuanya akan berlalu*. Untuk itu : • Tetaplah SEJUK di tempat yang
Panas.. • Tetaplah MANIS di tempat yang begitu Pahit.. • Tetaplah merasa KECIL
meskipun telah menjadi Besar.. dan • Tetaplah TENANG di tengah Badai yang
paling Hebat.. Semua yg ada di dunia ini tak ada yang abadi, kecuali yang
Empunya Kehidupan yakni Allah.
Hidup kita juga akan berlalu. Kita
akan menghadapi kematian. Kematian harus kita hadapi, entah kapanpun dia
dating.
Kematian adalah suatu kenyataan tak
terhindarkan dari kehidupan kita, tanpa pandang usia atau kedudukan dalam
masyarakat. Koran dan media komunikasi lain menyajikan kepada kita
berita-berita harian mengenai kematian, yang kadang-kadang terjadi begitu keji
dalam bentuk pembunuhan, pemerkosaan, pembunuhan bayi, aborsi, terorisme dan
peperangan.
Sepanjang sejarah para penyair, ahli
filsafat dan ahli-ahli agama telah berusaha untuk sedikit memahami kenyataan
dan misteri kematian. Seorang penyair Inggris yang hidup di Abad 16 dan 17,
John Donne, pernah menulis bahwa kematian mengajarkan kita akan ciri
kemanusiaan kita sendiri. “Tidak perlu mencari tahu untuk siapa lonceng
kematian itu berbunyi. Lonceng itu berbunyi untuk anda. Tidak seorang pun lepas
dari nasib itu”.
Menurut Gereja, misteri kematian dikaitkan
dengan kebangkitan Kristus. Kepercayaan kepada kebangkitan Yesus merupakan
titik tolak dari keyakinan Gereja, bahwa maut tidak akan berkuasa lagi. Iman
dan pengharapan religius semacam inilah yang menjiwai pandangan kita mengenai
kematian.
Salah satu pandangan positif terkait
kematian berasal dari Santo Paulus. Menurut Santo Paulus, hidup dan mati
seseorang adalah milik Allah dan Dia sendiri yang menghendaki agar semua orang
memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Dia yang berhak
menentukan kapan orang harus mengakhiri hidupnya. Di kesempatan lain, Paulus
mengatakan, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp
1:21). “Benarlah perkataan ini: jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup
dengan Dia (2Tim 2:11)
Memang, pada saatnya nanti, orang
harus mempertanggungjawabkan hidupnya kepada yang memberikan, yaitu Tuhan. Oleh
sebab itu, orang tidak dapat mengatakan “hidup adalah hidupnya sendiri, mati
matinya sendiri”. Tuhan Yesus yang rela mati di kayu salib dan bangkit kembali
adalah demi keselamatan umat manusia yang diberi hidup. Sia-sialah pengorbanan
Tuhan Yesus yang begitu mengasihi manusia apabila hidup ini tidak dihargai.
Dalam Injil Matius dikisahkan
tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Kebangkitan yang membawa
kemenangan atas maut. Kebangkitan Yesus inilah yang menjadi inti dasar iman dan
harapan kita, bahwa siapapun dari kita,keluarga kita yang sudah dipanggil
menghadap Tuhan, kelak ikut dibangkitkan pula bersama dan tinggal bersama-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar