Trima kasih mengunjungi blog kami!

Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.

Rabu, November 04, 2015

Tema Natal Nasional 2015: Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah


Ilustrasi: logo PGI dan KWI

Tahun ini Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menetapkan bersama bahwa tema Natal pada tahun 2015 ini adalah “Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah” (Kejadian 9:16).

Menurut Pendeta Gomar Gultom, seperti dikutip dari pgi.or.id, Sekretaris Umum PGI mengatakan, “Tema tersebut hendak mengajak kita lebih inklusif. Kelahiran di kandang Betlehem mengindikasikan bukan hanya komunitas manusia yang ada di sana, tapi juga hewan”. Lanjutnya, “Peristiwa Natal mengingatkan kita kembali untuk ‘hidup sebagai keluarga Allah’.

Lebih lanjut, menurut Gomar Gultom, Pesan Natal Bersama 2015 akan dirumuskan oleh PGI dan KWI pada pertengahan November 2015.

Menurut informasi yang beredar, Perayaan Natal Bersama Umat Kristiani Tingkat Nasional direncanakan di Manado pada tanggal 5 Desember. Namun tanggal tersebut masih dibahas, mengingat pada tanggal tersebut, umat Katolik masih dalam masa Advent (penantian kedatangan Yesus Kristus), belum bisa menghayati misteri Natal secara penuh. Harapan umat Katolik, sebagaimana Surat KWI menanggapi beredarnya informasi penetapan Perayaan Natal Nasional pada tanggal 5 Desember, Perayaan Natal Nasional dilaksanakan sesudah tanggal 25 Desember. Perayaan Natal Nasional biasanya dilaksanakan tanggal 27 Desember. Tahun ini, tanggal 27 Desember jatuh pada hari Minggu, maka Natal Nasional diharapkan bisa dimajukan menjadi 26 Desember atau 28 Desember. (Pormadi/pgi.or.id/berbagai sumber)

Selasa, November 03, 2015

Harapan Menag pada Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV Tahun 2015

Semoga acara ini bisa menghasilkan rekomendasi yang baik, sebagai kontribusi yang konstruktif bagi bangsa Indonesia tercinta," demikian salah satu harapan Menteri Agama,Lukman Hakim Saifuddin, Senin (02/11) di Cimacan, Jawa Barat, ketika memberi sambutan dan membuka Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV Tahun 2015

Menag berharap kegiatan ini bisa menghasilkan hal-hal yang berguna bagi pembentukan keluarga yang benar-benar menjadi tempat sukacita dan damai, keluarga yang benar-benar Katolik dan benar-benar menjadi warga Indonesia yang cinta kasih sayang di tengah masyarakat yang majemuk.
Konferensi Waligereja Indonesia menggelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV Tahun 2015 di Cimacan, Jawa Barat. Acara yang dihadiri para uskup se-Indonesia, Ketua KWIMonsiyur Ignatius Suharyo, dan Dubes Vatikan untuk Indonesia ini dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Senin (02/11).
SAGKI yang akan berlangsung dari dari tanggal 2 – 7 November 2015 ini menyoroti fungsi dan keberadaan keluarga dalam mewujudkan nilai-nilai Injili. "Keluarga adalah sekolah yang utama dan pertama," tegas Menag saat memberikan sambutan.

Menurut Menag, pengetahuan dan nilai kebajikan yang awal diperoleh oleh seorang anak dari keluarga, terutama dari ibu. Karenanya, ibu merupakan pilar utama dari rumah tangga.

Fungsi dan peran keluarga, lanjut Menag, harus ditingkatkan mengingat saat ini orang tua dihadapkan pada tantangan globalisasi. Anak-anak sekarang tidak lagi sepenuhnya mengandalkan orangtua dan guru dalam mengakses informasi, karena ada internet. Nilai-nilai kebajikan yang dahulunya didapatkan langsung dari guru, orang tua, pendeta dan lainnya, saat ini bisa didapatkan secara langsung dan instan dari internet. Nilai-nilai yang diakses dari internet tentu tidak semuanya positif, dan di sinilah yang menjadi salah satu tantangan keluarga ke depan.

Sebelumnya, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Monsinyur Antonio Guido Filippazi menyampaikan bahwa Gereja adalah keluarga. Gereja merupakan rumah tangga dan keluarga, keduanya saling memberi dan menerima satu sama lain, yang satu berkembang maka yang lain berkembang pula.

Bagi Monsinyur Antonio, keluarga menjadi pewarta iman bagi semuanya. Keluarga Kristiani menjadi tempat pendidikan doa yang pertama. "Kita harus selalu membangun gereja yang menjadi keluarga Alah sejati, yang membuat kita satu keluarga untuk mendekatkan diri kepadanya," terangnya.

Dalam pandangan Monsinyur Antonio, era globalisasi dan modernitas dapat memudarkan peran keluarga dalam mendidi anak-anak. Selain arus informasi yang demikian hebar, kesibukan orangtua untuk mencari nafkah atau kebutuhan keluarga juga berpotensi menjadikan perkembangan anak terabaikan. Untuk hal itu, Monsinyur berharap SAGKI IV ini bisa menghasilkan rekomendasi berupa upaya-upaya strategis dalam mewujudkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai Injili, cinta kasih, suka cita, melayani dan kasih sayang dalam keluarga.

Ditemui usai pembukaan, Dirjen Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi menyampaikan mengangkat tema 'keluarga' pada SAGKI IV ini. Menurutnya, Gereja Katolik melihat bahwa keluarga menjadi dasar dalam kehidupan bersama. Jika keluarga baik, maka di luar keluarga juga akan baik.

"Indonesia adalah keluarga. Katolik mempunyai paham kekitaan. Persoalan bangsa persoalan kita," kata Eusabius Binsasi

Sumber: kemenag.go.id
Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
Powered By Blogger