Trima kasih mengunjungi blog kami!

Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.

Senin, Juni 20, 2016

Harmonis ke Dalam, dan Menjadi Garam, Cahaya ke Luar

Keberadaan Bimas Katolik Kementerian Agama RI merupakan jembatan  umat dalam berdialog dengan Pemerintah, dan dalam menjelaskan kebijakan Pemerintah kepada umat. Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama, Eusabius Binsasi ketika memberikan arahan pada  acara Pertemuan  Pembinaan Tokoh Agama Katolik di Medan, Jumat Malam (17/6).

Pada kesempatan itu juga, Eusabius Binsasi menegaskan, "Pemerintah Gereja Katolik merupakan dua organisasi yang masing-masing otonom dan harus saling menghormati. Untuk itu diperlukan kerjasama kemitraan secara sinergis dalam mewujudkan umat menjadi seutuhnya Katolik yang militant dan sekaligus warga negara Indonesia Pancasilais dalam negara Kesatuan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika. Baik Pemerintah maupun Lembaga Gereja Katolik harus bersinergi secara harmonis ke dalam, dan menjadi garam, cahaya ke luar".

Menghadirkan Negara
Sebelumnya, Direktur Urusan Agama Katolik, Sihar Petrus Simbolon, dalam pemaparan terkait kebijakan teknis di bidang urusan agama Katolik mengajak tokoh umat Katolik untuk mendukung upaya Pemerintah dalam menghadirkan pelayanan negara kepada umat Katolik, karena umat Katolik adalah salah satu komponen bangsa yang diakui keberadaannya dan partisipasinya dalam membangun bangsa Indonesia. 

"Kegiatan Pertemuan Tokoh Agama Katolik ini merupakan tanda kehadiran dan perhatian negara. Bimas Katolik Kementerian Agama diberikan negara bertujuan membina kerukunan, mendorong, memfasilitasi, melayani umat baragama agar menjadi pemeluk agama terbaik. Umat Katolik sebagai pemeluk agama yang terbesar ketiga setelah pemeluk agama Islam dan Kristen, harus berani menunjukkan identitas kekatolikannya dalam membangun bangsa", tegas Sihar Petrus Simbolon, yang mewakili Direktur Jenderal   membuka pertemuan ini pada Rabu (15/6).

Prihatin Masalah Keluarga
Selain pemberi materi dari unsur pemerintah dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, panitia juga menghadirkan narasumber dari Keuskupan Agung Medan, seperti Pastor Kosman Sianturi, OSC, Ketua Komisi Keluarga. Dalam pemaparannya, ia menegaskan bahwa Keuskupan Agung Medan (KAM) prihatin dengan masalah kehidupan dalam keluarga Katolik.

"Keuskupan Agung Medan sangat prihatin dengan kehidupan keluarga jaman sekarang. Tantangan kehidupan keluarga semakin berat. Untuk itu Keuskupan Agung Medan sedang menggalakkan penguatan kehidupan keluarga sebagai gereja kecil, antara lain melalui penguatan Kursus Persiapan Pernikahan atau pembekalan pranikah", tegasnya.

Narasumber dari Pejabat KAM seperti Pastor Markus Manurung,OFMCap, Ketua Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi. Ia menegaskan, "Keuskupan Agung Medan mengembangkan dan menguatkan kehidupan social dan ekonomi, melalui pembinaan kehidupan sosial umat dan pemberdayaan ekonomi umat seperti melalui koperasi Credit Union". 

Wilopo Hutapea, Ketua Pusat Pastoral KAM memaparkan berbagai tantangan keluarga  Katolik dewasa ini. "Karena keprihatinan atas tantangan keluarga, Keuskupan Agung Medan menyoroti permasalahan dan seluk beluk kehidupan keluarga dalam Sinode Ke-VI Keuskupan Agung Medan", akunya.

Senada dengan keprihatinan Keuskupan Agung Medan, Fidelis Waruwu, pakar psikologi dan Staf Pengajar pada Universitas Tarumanagara Jakarta. Ia memberikan materi dengan mengelaborasi pembinaan keluarga melalui pendekatan ajaran iman Katolik dan pendekatan psikologi. 

"Pembinaan keluarga merupakan faktor penentu masa depan Gereja dan Bangsa. Dalam keluargalah anak-anak pertama-tama mendapatkan pembinaan iman, keterampilan hidup sosial, pembentukan karakter, melalui keteladanan dan kebiasaan hidup yang baik. Anak-anak mengobservasi apa saja yang dilihat, dirasakan dan dialami dalam keluarga. Orang tua menjadi role model dalam keluarga", tegas Fidelis Waruwu, yang juga merupakan Tim Trainer di Lembaga Administrasi Negara ini. 

Ajakan Sosialisasi P4GN
Selain itu, ada narasumber dari Badan Narkotika Nasional, AKBP Magdalena Sirait. Ia memaparkan bahwa bahwa bahaya narkoba sudah darurat dan mengancam kehidupan keluarga, khususnya anak-anak di sekolah. "Indonesia sudah darurat narkoba. BNN mengajak masyarakat, khususnya keluarga dan tokoh-tokoh agama agar berinisiatif untuk mencegah peredaran narkoba dengan berani melaporkan bila menemukan pelaku dan korban narkoba, agar segera dapat mendapat rehabilitasi medias atau rehabilitasi medis. BNN juga mengajak tokoh/pemuka agama dan masyarakat pada umumnya  agar melakukan sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan tugas dan pelayanan masing-masing', ungkapnya dengan penuh harapan. 

Pertemuan Tokoh Agama Katolik yang dihadiri 60 tokoh umat Katolik dari berbagai Paroki/Stasi di wilayah Keuskupan Agung Medan berakhir pada Jumat (18/6) ditutup oleh Dirjen Bimas Katolik. Salah seorang tokoh umat dari Paroki Dolok Sanggul, Oloan Simamora menyampaikan kesannya pertemuan atau pembinaan semacam ini sangat bermanfaat bagi kami dalam melayani umat. "Kami sangat berterima kasih kepada Bimas Katoli. Para narasumber sangat qualified.  Saya mengajak para peserta lainnya, agar pembekalan ini tidak berhenti di sini, mari kita tindak lanjuti di tempat tugas kita masing-masing", ajaknya kepada tokoh umat lainya. 

Acara pertemuan tokoh umat Katolik ini juga dihadiri perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, Yulia Sinurat, yang juga merupakan Pejabat Pembimbing Masyarakat Katolik di Provinsi Sumatera Utara (Pormadi Simbolon, dari Medan)

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger