Para pengawas pendidikan agama Katolik memiliki tugas dan tanggung jawab berat, antara lain membina dan mendampingi para guru pendidikan agama Katolik agar dapat membawa peserta didik menjadi warga Katolik 100% Katolik dan 100% warga negara Pancasilais.
Untuk itu para pengawas agama Katolik perlu dibina antara lain melalui pembinaan para pengawas pendidikan agama Katolik tingkat menengah nasional di Bogor ini. Demikian beberapa hal disampaikan Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Jumat (8/11) di Bogor Jawa Barat.
Para Pengawas yang kerap dijuluki "gurunya guru" tersebut berjumlah 65 orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai dengan Papua. Mereka dengan antusias mengikuti rangkaian acara.
Agustinus Tungga Gempa, Sekretaris Ditjen Bimas Katolik menegaskan para pengawas perlu mengembangkan 6 kompetensi (kepribadian, sosial, supervisi manajerial, supervisi akademik, penelitian dan pengembangan dan evaluasi pendidikan agama) dan profesionalitas antara lain di bidang penelitian dan karya tulis ilmiah agar dapat melatih Guru Pendidikan Agama Katolik menjadi kompeten dan profesional di bidang terebut.
Salman Habeahan yang ikut menjadi narasumber menegaskan para pengawas harus mampu mengembangkan diri di bidang penelitian antara lain penelitian tindakan sekolah. Hal ini amat berguna bagi penjaminan mutu penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan agama Katolik (PAK).
Lebih lanjut, Salman Habeahan yang lulus doktoral Universitas Negeri Jakarta, kemampuan melaksanakan evaluasi program kepengawasan penting dikembangkan karena evaluasi merupakan titik tolak menuju perbaikan mutu PAK.
Hadir narasumber lainnya, Nurlena Rifai, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasionaal membina para pengawas di bidang supervisi manajerial dan akademik.
Masih terkait bidang kompetensi pengawas, Fidelis Waruwu, dosen psikolodi trainer MBTI melatih para pengawas untuk semakin kompeten di bidang kecerdasan kepribadian dan sosial serta pentingnya pendidikan karakter di sekolah. Tiap orang akan cerdas secara sosial bila terlebih dahulu cerdas di bidang kepribadian.
Lanjutnya, pendidikan karakter di sekolah bisa berhasil bila ada komitmen kepala sekolah untuk menerapkan praktek penanaman nilai-nilai di sekolah. Kepala Sekolah harus menciptakan suasana sekolah sebagai tempat observasi peserta didik di bidang praktek nilai-nilai. Hal ini bisa dilaksanakan jika para guru menjadi model/teladan di bidang nilai-nilai tersebut, tegasnya.
A. Harmadi, salah satu pengawas PAK Menengah dari Sumatera Selatan, mengkritisi pembinaan pengawas selama ini. Menurutnya, para pengawas harus lebih banyak mendapat pendidikan dan pelatihan di bidang kompetensinya, dibandingkan para guru PAK.
Pertemuan pembinaan tersebut berlangsung 5 hari dar tanggal 8 sampai dengan 12 November di Hotel Cipayung Asri Bogor.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Trima kasih mengunjungi blog kami!
Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.
Senin, November 12, 2012
Pelatihan Pengawas dulu, kemudian Guru
Label:
berita,
BIMAS KATOLIK,
guru agama katolik,
pendidikan,
pengawas
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Selasa, Oktober 30, 2012
Kader Anti Narkoba: Berani Berbeda
Budaya konformitas kaum muda sekarang sangat memprihatinkan. Lihat saja, kehadiran budaya K-Pop yang masuk ke Indonesia begitu gampang merasuki kaum muda. Tidak sedikit, orang dari luar Jakarta rela membeli tiket untuk ikut nonton budaya K-Pop, agar ikut gaul dengan kawula muda lainnya. Itulah budaya konformitas yang ada di tempat kita
Budaya konformitas ini juga merupakan awal banyaknya membuat kaum muda yang menjadi pengguna narkoba di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh E.S. Tyas Suci, Ph.D, dosen psikologi Unika Atmaja Jaya dalam acara Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dalam rangka implementasi INPRES 12 Tahun 2011 di Jakarta, Selasa, (30/10).
Untuk itu, lanjut E.S. Tyas Suci, orang tua dan semua pihak berkepentingan agar mengajak kaum muda untuk bersikap kritis dengan berani berbeda dari kebanyakan orang di sekitar, dan tahu kapan harus mengikuti perilaku tertentu. Kaum muda harus berani mengambil sikap untuk mengatakan tidak pada narkoba.
Kepada para peserta, narasumber mengajak untuk melakukan advokasi narkoba yang berguna untuk mencegah penggunaan narkoba dan membantu pengobatan, perawatan dan support pada pengguna narkoba.
Lanjut Tyas, adapun tahapan umum advokasi: tempatkan masalah/situasi di agenda; lalu bangun dukungan untuk melakukan sesuatu pada masalah dan solusinya.
Di sini peran kader anti narkoba untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada para pejabat dan staf lingkungan instansi pemerintah di pusat, mengenai kondisi dan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan membangkitkan komitmen kepedulian (aware, care, beware) dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkungan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Budaya konformitas ini juga merupakan awal banyaknya membuat kaum muda yang menjadi pengguna narkoba di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh E.S. Tyas Suci, Ph.D, dosen psikologi Unika Atmaja Jaya dalam acara Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dalam rangka implementasi INPRES 12 Tahun 2011 di Jakarta, Selasa, (30/10).
Untuk itu, lanjut E.S. Tyas Suci, orang tua dan semua pihak berkepentingan agar mengajak kaum muda untuk bersikap kritis dengan berani berbeda dari kebanyakan orang di sekitar, dan tahu kapan harus mengikuti perilaku tertentu. Kaum muda harus berani mengambil sikap untuk mengatakan tidak pada narkoba.
Kepada para peserta, narasumber mengajak untuk melakukan advokasi narkoba yang berguna untuk mencegah penggunaan narkoba dan membantu pengobatan, perawatan dan support pada pengguna narkoba.
Lanjut Tyas, adapun tahapan umum advokasi: tempatkan masalah/situasi di agenda; lalu bangun dukungan untuk melakukan sesuatu pada masalah dan solusinya.
Di sini peran kader anti narkoba untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada para pejabat dan staf lingkungan instansi pemerintah di pusat, mengenai kondisi dan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan membangkitkan komitmen kepedulian (aware, care, beware) dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkungan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Cermati Modus Operandi Peredaran Narkoba
Hati-hati dan cermati aneka modus operandi peredaran gelap narkoba. Perkembangan terakhir, modus operandi peredaran gelap narkoba melalui rekrutmen kurir. Hal ini dikatakan oleh Ali Johardi, Kepela BNN Provinsi DKI Jakarta dalam acara Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dalam rangka implementasi INPRES 12 Tahun 2011 di Jakarta (30/12).
Perhatikan dan waspadai ada setidaknya 3 macam bentuk modus operandi rekrutmen pengedar narkoba. Pertama, direkrut secara langsung dan is calon kurir secara sadar mau menjadi kurir dengan segala resiko.
Modus kedua, direkrut dengan berbagai cara atau pendekatan yang berupa tipu muslihat, diperdaya, dijebak, seperti: dipacari dan diajak nikah di luar negeri; diajak jalan-jalan gratis ke luar negeri; diajak kerjasama membangun bisnis di luar negeri, dititipi paket berupa kotak doss oleh teman sendiri; dipinjami alamat rumah.
Modus ketiga, sebagian kurir direkrut berasal dari para TKI/TKI yang sedang bekerja di luar negeri dan akan pulang ke Indonesia.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkingan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Perhatikan dan waspadai ada setidaknya 3 macam bentuk modus operandi rekrutmen pengedar narkoba. Pertama, direkrut secara langsung dan is calon kurir secara sadar mau menjadi kurir dengan segala resiko.
Modus kedua, direkrut dengan berbagai cara atau pendekatan yang berupa tipu muslihat, diperdaya, dijebak, seperti: dipacari dan diajak nikah di luar negeri; diajak jalan-jalan gratis ke luar negeri; diajak kerjasama membangun bisnis di luar negeri, dititipi paket berupa kotak doss oleh teman sendiri; dipinjami alamat rumah.
Modus ketiga, sebagian kurir direkrut berasal dari para TKI/TKI yang sedang bekerja di luar negeri dan akan pulang ke Indonesia.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkingan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
badan narkotika nasional,
berita,
bnn,
instansi pemerintah,
kader anti-narkoba,
pemberantasan narkoba
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Senin, September 24, 2012
Anggaran Penelitian Dosen akan Disediakan
“Kami akan menyediakan dana penelitian, kalau
Lembaga Perguruan Tinggi Agama katolik Swasta (PTAKS) sudah membentuk lembaga
penelitian”, demikian tegas Direktur Jenderal Bimbigan Masyarakat Katolik, Semara Duran Antonius, dalam
sambutannya pada pembukaan acara Pertemuan Pelatihan Penelitian Dosen PTAKS
(15/9) di Yogyakarta.
Dalam kesempatan itu, ketua penyelenggara
menjelaskan bahwa pelatihan penelitian dosen di bidang pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan dimaksudkan untuk membina para dosen dalam penelitian
karena penelitian merupakan salah satu tugas utama para dosen dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Harapannya para dosen semakin profesional dalam tugas
fungsinya sebagai dosen.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi DI Yogyakarta, H. Maskul Haji, M.PdI menyambut baik penyelenggaraan
acara di Yogyakarta. Ia menyampaikan bahwa Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi adalah ikut mendukung program Kementerian Agama Pusat melalui visi dan
misinya.
Peserta
pertemuan tersebut berjumlah 35 orang terdiri dari utusan Perguruan Tinggi
Agama Katolik Swasta seluruh Indonesia. Narasumber yang diundang adalah Felix
Lengkong, Stanislaus S Uyanto dari Universitas Katolik Atmajaya dan Romo F.
Purwanto, SCJ dari Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta. Ikut hadir juga
Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama RI, Bapak Suharto Yohanes.
Label:
agama,
BIMAS KATOLIK,
kementerian agama,
penelitian dosen,
penelitian pastoral,
semara duran antonius
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Jumat, Juli 27, 2012
"Pe-NEGERI-an Sekolah Katolik, Mungkinkah?
Salah satu harapan Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI terhadap karya
pastoral Gereja adalah pimpinan Gereja kiranya membuka peluang adanya Sekolah
Agama Katolik Negeri dari jenjang terendah hingga jenjang tertinggi. Hal itu
diungkapkan Direktur Jenderal Bimas Katolik, Semara Duran Antonius pada
PERTEMUAN PASTORAL IX Pimpinan Gereja Katolik Regio Nusa Tenggara di Hotel
T-More, Kupang (18/7) dengan tema Katekese dalam Pelayanan Pastoral Gereja.
Penegerian sekolah
Katolik amat berguna bagi pelayanan pendidikan agama dan keagamaan Katolik dalam
Gereja Katolik. Kementerian Agama hanya
memfasilitasi, otoritas Gereja tetaplah menjadi miliknya, demikian tambah
Semara Duran Antonius.
Harapan itu diungkapkan Dirjen Bimas Katolik kepada para Bapa Uskup yang hadir. Sampai dengan sekarang Katolik belum memiliki Sekolah Katolik Negeri. Yang ada adalah 18 Perguruan Tinggi Agama Katolik Swasta yang dimiliki Keuskupan dan difasilitasi oleh Bimas Katolik Kementerian Agama. Kalau melihat Islam, Kristen, Hindu atau Budha, mereka sudah memiliki sekolah negeri dan memperoleh anggaran satuan kerja dari Pemerintah.
Sekarang, kata Semara Duran Antonius, kami sudah membentuk Tim Penegerian yang menyusun konsep penegerian sekolah Katolik pada Ditjen Bimas Katolik. Konsep itu akan didialogkan dan ditawarkan kepada para Bapak Uskup Gereja Katolik Indonesia sebagai tawaran. "Kalau Bapak Uskup bersedia, terimakasih, kalau tidak juga tidak apa-apa" imbuhnya.
Harapan lain juga
disampaikan Direktur Jenderal pada pertemuan yang dimulai dari 16-21 Juli 2012
itu adalah: Gereja harus tetap selalu berpihak pada kaum lemah dan tertindas;
Gereja tetap menjalankan fungsi kritik sosial dan menawarkan konsep ideal,
humanistik, kebenaran, keadilan, kejujuran; membangun kemitraan dan kolaborasi
dengan berbagai pihak dalam konsep-konsep dan perjuangan membangun kehidupan
masyarakat/umat; membangun kemandirian umat dan penguatan fungsi/ tugas
pelayanan umat, dan berjuang memotivasi pembangunan.
Label:
agama,
berita,
BIMAS KATOLIK,
GEREJA KATOLIK,
lembaga pendidikan katolik,
pendidikan katolik,
penegerian sekolah katolik
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Selasa, Juni 26, 2012
Fransiskus Endang menjadi Direktur Urusan Agama Katolik
F. Endang dan SP Simbolon berbincang-bincang |
Menteri Agama RI, Suryadharma Ali melantik melantik dan
mengambil sumpah Fransiskus Endang, SH, MM menjadi Direktur Urusan Agama
Katolik bersama Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Anggito Abimanyu dan 7 pejabat elon II Kemenag di auditorium
Kemenag Jl.MH.Thamrin No.6, Jakarta, selasa (26/6). Dengan demikian, eselon I
dan II di lingkungan Ditjen Bimas Katolik telah lengkap.
Beberapa waktu sebelumnya, bertempat di Auditorium Kementerian Agama Jl. M.H. Thamrin Jakarta pada hari Rabu (25/4), Menteri Agama Suryadharma Aklai melantik dan mengambil sumpah Agustinus Tungga Gempa yang sebelumnya adalah Kepala Bidang Urusan Agama Katolik pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara TImur dilantik menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Katolik.
Pada saat yang sama, Sihar Petrus yang sebelumnya adalah Kepala Sub Direktorat Penyuluhan dilantik menjadi Direktur Pendidikan katolik serta Eusebius Binsasi yang sebelumnya adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sikka dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian agama Provinsi Nusa Tenggara TImur. Pada bulan 5 Mei tahun lalu, Menteri Agama melantik dan mengambil sumpah jabatan Semara Duran Antonius sebagai Direktur Jenderal Bimas Katolik.
"Waspadai pelemahan karakter aparatur Kemenag dalam melakukan tugas pelayanan dan fungsi memfasilitasi kehidupan umat beragama yang harus tetap berjalan dan tak boleh berhenti," ucap Menteri Agama dalam sambutannya.
Menag minta, seluruh pejabat kuasa pengguna anggaran, pejabat pembuat komitmen dan para pelaksana, terutama yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa, jangan sekali-sekali bermain dengan aturan. "Jangan sekali-sekali menyiasati untuk mengambil keuntungan dari setiap program yang dilaksanakan," tegasnya.
Pejabat yang dilantik (26/6) adalah Dirjen Penyelanggaraan Haji dan Umrah Anggito Abimayu menggantikan Slamet Riyanto yang memasuki masa pensiun pada bulan mendatang. Rektor IAIN Ambon Hasbullah Tov Suta, Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang, Kakanwil Kemenag Gorontalo Muhajirin, Kakanwil Kemenag NTB, H. Usman, Kakanwil Kemenag Bali Anak Agung Muliawan, Kakanwil Kemenag Riau Tarmidji Tohor, Karo Administrasi Umum UIN Alaudin Abdul Kadir Ahmad dan Karo AUAK IAIN Sultan Amar Gorontalo Abdul Karim Rouf. (Sumber: kemenag.go.id).
Agustinus Tungga Gempa, Sekretaris Ditjen Bimas Katolik |
Pada saat yang sama, Sihar Petrus yang sebelumnya adalah Kepala Sub Direktorat Penyuluhan dilantik menjadi Direktur Pendidikan katolik serta Eusebius Binsasi yang sebelumnya adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sikka dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian agama Provinsi Nusa Tenggara TImur. Pada bulan 5 Mei tahun lalu, Menteri Agama melantik dan mengambil sumpah jabatan Semara Duran Antonius sebagai Direktur Jenderal Bimas Katolik.
"Waspadai pelemahan karakter aparatur Kemenag dalam melakukan tugas pelayanan dan fungsi memfasilitasi kehidupan umat beragama yang harus tetap berjalan dan tak boleh berhenti," ucap Menteri Agama dalam sambutannya.
Menag minta, seluruh pejabat kuasa pengguna anggaran, pejabat pembuat komitmen dan para pelaksana, terutama yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa, jangan sekali-sekali bermain dengan aturan. "Jangan sekali-sekali menyiasati untuk mengambil keuntungan dari setiap program yang dilaksanakan," tegasnya.
Pejabat yang dilantik (26/6) adalah Dirjen Penyelanggaraan Haji dan Umrah Anggito Abimayu menggantikan Slamet Riyanto yang memasuki masa pensiun pada bulan mendatang. Rektor IAIN Ambon Hasbullah Tov Suta, Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang, Kakanwil Kemenag Gorontalo Muhajirin, Kakanwil Kemenag NTB, H. Usman, Kakanwil Kemenag Bali Anak Agung Muliawan, Kakanwil Kemenag Riau Tarmidji Tohor, Karo Administrasi Umum UIN Alaudin Abdul Kadir Ahmad dan Karo AUAK IAIN Sultan Amar Gorontalo Abdul Karim Rouf. (Sumber: kemenag.go.id).
Label:
agama,
berita,
BIMAS KATOLIK,
birokrasi,
direktur pendidikan Katolik,
fransiskus endang,
gereja katolik Indonesia,
sihar petrus simbolon
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Rabu, Mei 30, 2012
Menguatkan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendahuluan
Persoalan karakter bangsa dewasa ini menjadi sorotan
tajam masyarakat. Pendidikan karakter bangsa semakin jauh dari semangat
nilai-nilai agama, Pancasila, dan kebangsaan. Sorotan itu mengenai berbagai
aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai
tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media
elektronik. Persoalan yang muncul di
tengah masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,
perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang
tidak produktif dan sebagainya dinilai sebagai akibat makin ditinggalkannya nilai-nilai agama, budaya dan Pancasila. Persoalan tersebut marak dan menjadi topik pembahasan hangat di media massa,
seminar, dan di berbagai kesempatan. Solusi yang ditawarkan adalah peraturan,
undang-undang, peningkatan dan penegakan hukum yang lebih tegas.
Pohon bertumbuh dengan karakternya |
Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk
mengatasi, paling tidak mengurangi masalah karakter bangsa yang dibincangkan
itu adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan. Pendidikan agama merupakan
salah satu upaya preventif dan dianggap dapat mengembangkan kualitas generasi
muda dewasa ini.
Pengertian
Apakah karakter itu?
Dalam kamus filsafat (Lorens Bagus, 2002), salah satu pengertian
karakter disebutkan sebagai “nama dari sejumlah ciri pribadi yang meliputi
hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan,
kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola pemikiran.
Pengertian lain, karakter adalah watak, tabiat, akhlak
atau kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti: jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang
dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Ada orang menggambarkan bahwa makna karakter sebagai
sikap menunjukkan kejujuran dan berani bicara sesuai kenyataan, menepati janji
dan tidak membocorkan rahasia dan bertindak konsisten, satunya kata dan
perbuatan. Dengan demikian karakter adalah sebuah pilihan. Kita menciptakan
karakter setiap kali kita membuat
pilihan: menghadapi atau menghindari sesuatu yang sulit; membelokkan kebenaran
atau teguh mendukungnya, mengambil jalan pintas atau membayar harganya.
Dari pengertian dan gambaran tersebut dapat kita
simpulkan bahwa karakter adalah watak pribadi seseorang yang terbentuk dalam
lingkungan hidupnya, termasuk budayanya. Oleh karena itu, pengembangan karakter
bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan
karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan
budaya yang bersangkutan. Artinya pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses
hidup yang tidak melepaskan individu dari lingkungan sosial, budaya, masyarakat
dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa kita adalah Pancasila. Jadi, pendidikan budaya
dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata
lain, mengembangkan budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai
Pancasila pada diri individu melalui pendidikan hati, otak fisik.
Landasan
Pembangunan Karakter Bangsa
Berangkat dari pengertian karakter di atas, landasan
pembangunan karakter bangsa di tegaskan dalam UUD 1945 dan UU Sisdiknas. Hal
ini disebutkan bahwa tujuan pembangunan bangsa dan fungsi utama pendidikan yaitu “mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tersebut bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Inilah landasan untuk membangun budaya dan karakter bangsa berdasarkan
Pancasila.
Sumber
nilai-nilai yang menjadi karakter bangsa
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral,
dan norma seperti: jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada
orang lain. Nilai-nilai tersebut dapat
diidentifikasi dari berbagai sumber, antara lain:
Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama
dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada
nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar perimbangan itu, maka
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas dasar
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam
pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Nilai-nilai Pancasila secara global
adalah: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah/demokratis dan keadilan
sosial. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan
individu/peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga yang
memiliki kemampuan dan kemauan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.
Budaya: tidak ada manusia yang hidup tanpa budaya dan nilai-nilainya yang
mempengaruhi kehidupannya. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakatnya. Posisi budaya demikian penting dalam kehdupan masyarakat dan menjadi
sumber bilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Karakter-karakter
bangsa yang harus dikembangkan
Beberapa nilai-nilai yang diidentifikasi (Kemdiknas,
2010) dari berbagai sumber tersebut untuk dijadikan sebagai karakter bangsa
adalah: sikap
dan perilaku religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab.
Nilai-nilai
ini harus dikembangkan dan dijadikan karakter tidak hanya di sekolah, namun
juga dalam keluarga, lingkungan (Kampung, RT, RW, kelurahan), nasional dan
internasional. Perwujudan nilai-nilai ini menjadi tanggung jawab semua,
pemerintah, dan masyarakat.
Kita
mungkin perlu belajar dari bangsa Korea. Korea menjadi bangsa yang kuat dan
makmur karena setiap warga negaranya dididik secara sistematis untuk berppikir
ke depan (visioner), memiliki etos kerja keras yang tinggi,, dan selalu
berjuang.
Dulu Korea, masih dalam kondisi miskin, terpuruk, dan
terjajah. Namun sekarang, negara itu bangkit dan maju menjadi negara maju dan
ekspansif karena setiap generasi mudanya diberikan pendidikan karakter (kerja keras dan pantang menyerah) yang
berpijak pada sejarah perjuangan Korea melawan penjajah. Korea adalah bangsa
cerdas, unggul dan berdaulat. Indonesia, kapan? Kita menantikan hasil dari
upaya yang sedang berjalan yaitu pengembangan pendidikan budaya dan karakter.
Membangun
karakter melalui pendidikan
Dewasa ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang
gencarnya menggemakan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Hal ini amat tepat
dan sesuai dengan amanat UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pasal 3 UU Sisdiknas
mengatakan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan kualitas manusia
Indonesia yang harus dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan. Oleh karena
itu, rumusan ini menjadi dasar dalam pengembangan budaya dan karakter bangsa.
Pembangunan budaya dan karakter bangsa melalui
pendidikan tidak boleh lepas dari rumusan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional tersebut harus
dikembangkan di berbagai jenjang dan jalur oleh setiap satuan pendidikan, mulai
dari tingkat PAUD, TK, SD, hingga
pendidikan tinggi.
Penutup
Pembangunan budaya dan karakter bangsa berdasarkan
nilai-nilai agama, Pancasila dan budaya, demikian penting melihat situasi dan
kondisi bangsa Indonesia yang masih belum maju di berbagai bidang, khususnya di bidang tata hidup bersama. Hal ini
penting untuk mengatasi, atau sekurang-kurangnya untuk mengurangi cacat cela,
korupsi, kekerasan berbau SARA, kemunafikan, kemerosotran moral dan kejahatan
kolektif.
Semoga.
Label:
BIMAS KATOLIK,
budaya unggul,
karakter,
katolik,
opini,
pendidikan budaya,
pendidikan karakter
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Rabu, Februari 22, 2012
Membangun Kerjasama Sinergis Demi Umat
Ditjen Bimas Katolik Kementarian Agama RI berangkat dari tugas dan fungsinya sebagai fasilitator, mendukung dan memfasilitasi pembinaan umat Katolik Indonesia dalam berbagai bentuk kerjasama dengan institusi Gereja secara sinergis baik di bidang urusan agama, pendidikan agama dan keagamaan Katolik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka membangun kesejahteraan umum (bonum commune) dalam bingkai NKRI.
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Semara Duran Antonius, dalam sambutannya pada Lustrum II Keuskupan dan Peresmian serta Pemberkatan Gereja Katedral Santan Maria Assumpta Tanjung Selor, Kalimantan Timur (5/2) di Tanjung Selor.
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Semara Duran Antonius, dalam sambutannya pada Lustrum II Keuskupan dan Peresmian serta Pemberkatan Gereja Katedral Santan Maria Assumpta Tanjung Selor, Kalimantan Timur (5/2) di Tanjung Selor.
Searah jarum jam: Dirjen Bimas Katolik (Semara Duran Antonius) Dubes Vatikan (Antonio Gudo Filipazzi),Bupati Bulungan (H. Budiman Arifin), dan uskup Tanjung Selor (Mgr. Yustinus Harjosusanto) |
Ia berharap, sinergi dalam
berbagai bentuk kerjasama antara Direktorat Jenderal Bimas Katolik dengan
Keuskupan Tanjung Selor, antara Keuskupan Tanjung Selor dengan mitra kerja
lainnya, dapat membuahkan rahmat berlimpah, dalam membangun kesejahteraan umat,
serta mendorong kemandirian Gereja.
Dalam
kesempatan itu, Semara Duran Antonius mewakili Pemerintah, mengucapkan selamat
atas pemberkatan dan peresmian Gedung Gereja Katedral ini. Ia mengharapkan
gedung ibadah ini dapat memancarkan kemegahan nurani
penghuninya. Dengan demikian, umat Katolik dapat menjadi lilin-lilin yang
menerangi di kala kegelapan tiba. Ia
juga mengajak umat Katolik ikut berpartisipasi membangun kesejahteraan bersama
seluruh warga masyarakat setempat dan menjaga kerukunan umat beragama.
Sementara itu,
Duta Besar Takhta Suci Vatikan, Antonio Guido Filipazzi dalam sambutannya mengharapkan
kepada Pemerintah Indonesia agar umat Kristiani Indonesia diberi kesempatan
beribadah dengan bebas dan damai baik secara individu maupun kelompok. Ia juga
mengharapkan gedung gereja Katedral membawa pengaruh positif dan rahmat
berlimpah bagi umat dan warga setempat.
Hadir juga, H.
Budiman Arifin, Bupati Kabupaten Bulungan dalam peresmian gedung gereja
Katedral Tanjung Selor. Dalam sambutannya, Bupat Bulungan mengajak hadirin agar
menjadikan nilai-nilai agama sebagai landasan etis spiritual, inspirasi,
motivasi, pedoman dalam membangun masyarakat Kalimantan Timur. Ia juga mengajak
agar masyarakat Kabupaten Bulungan dan masyarakat Kalimantan Timur membangun
toleransi beragama berdasarkan akhlak mulia.
Dirjen
Bimas Katolik ikut meresmikan gedung gereja Katedral mewakili Menteri Agama RI
bersama Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Antonio Guido Filipazzi dan Bupati
Bulungan, H. Budiman Arifin. Peresmian dan pemberkatan tersebut dihadiri dan
disaksikan 14 Uskup dari seluruh Indonesia, selain Uskup Tanjung Selor, Mgr. Yustinus Harjosusanto dan
Uskup Agung yang juga Dubes Vatikan tersebut.
Label:
agama,
BIMAS KATOLIK,
catholic,
gereja katolik Indonesia,
katedral tanjung selor,
kementerian agama,
semara duran antonius
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Selasa, Februari 07, 2012
Saya Menghormati Iman Anda, tapi Hormati jugalah Imanku
Saya mengikuti beberapa milis bernuansa lintas keagamaan, antara lain mailing list "islam-kristen" dan "hakekat_ku". Di sana banyak anggota milis saling menyerang/mendebat. Yang muslim menyerang/mendebat iman kristiani, sebaliknya yang kristiani menyerang/mendebat iman muslim.
Perdebatan itu pastilah tidak menemukan titik temu, karena memang berrbeda pandangan teologisnya. Akhirnya, timbul sikap merendahkan iman yang lain.
Menurut saya, bagi yang beriman kepada Tuhan menurut agama Islam, biarkanlah mereka menghidupi imannya. Demikian juga, bagi yang beriman kristiani, biarkanlah mereka menghidupi imannya.
Jadi prinsipnya, saya menghormati iman anda, tapi hormati jugalah imanku.
Menurut saya, milis baik digunakan berdialog pengalaman hidup iman kita masing-masing dalam hidup sehari-hari, baik menurut Islam maupun kristiani. Kita tidak perlu mendebat, cukup menghormati dan mengapresiasinya.
Dengan demikian, kita makin menemukan hakekat kita sebagai manusia yang manusiawi, menghargai kemanusiaan kita. Semoga. Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Perdebatan itu pastilah tidak menemukan titik temu, karena memang berrbeda pandangan teologisnya. Akhirnya, timbul sikap merendahkan iman yang lain.
Menurut saya, bagi yang beriman kepada Tuhan menurut agama Islam, biarkanlah mereka menghidupi imannya. Demikian juga, bagi yang beriman kristiani, biarkanlah mereka menghidupi imannya.
Jadi prinsipnya, saya menghormati iman anda, tapi hormati jugalah imanku.
Menurut saya, milis baik digunakan berdialog pengalaman hidup iman kita masing-masing dalam hidup sehari-hari, baik menurut Islam maupun kristiani. Kita tidak perlu mendebat, cukup menghormati dan mengapresiasinya.
Dengan demikian, kita makin menemukan hakekat kita sebagai manusia yang manusiawi, menghargai kemanusiaan kita. Semoga. Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
dialog agama,
hak asasi manusia,
islam-kristen,
opini
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Kamis, Februari 02, 2012
Kejujuran yang Diuji
Dewasa ini, kejujuran makin langka. Namun bukan berarti kejujuran itu tidak ada. Persoalannya kejujuran itu tidak banyak terpublikasi. Menurut saya kejujuran itu masih perlu diuji.
Umumnya orang jujur itu kebanyakan orang sederhana, orang baru diterima di swasta/ kantor pemerintah. Biasanya orang baru masih penuh idealisme.
Namun setelah beberapa lama dan semakin kenal situasi dan kondisi sehari-hari di tempat kerja, kejujuran itu diuji oleh godaan dan orang2 lama yang sudah biasa tidak jujur. Jika kuat prinsip atau idealisme awalnya, maka ia menjadi orang berkarakter, namun bila tidak, ia akan ikut sistem, terkontaminasi oleh orang2 lama yang tidak jujur itu.
Maka kejujuran yang sejati adalah kejujuran yang tidak tergoyahkan oleh godaan apapun, melainkan kejujuran karena memang kejujuran itu untuk sesuatu nilai yang lebih tinggi yaitu demi kebaikan bersama, ada jiwa empatik dan karena takut akan Tuhannya.
Kejujuran sejati itu sulit ditemukan pada jaman sekarang, terlebih di tengah jaman dimana godaan akan kekayaan dan kesuksesan dengan cara instan masih mengemuka di maindset publik.
Salam
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Umumnya orang jujur itu kebanyakan orang sederhana, orang baru diterima di swasta/ kantor pemerintah. Biasanya orang baru masih penuh idealisme.
Namun setelah beberapa lama dan semakin kenal situasi dan kondisi sehari-hari di tempat kerja, kejujuran itu diuji oleh godaan dan orang2 lama yang sudah biasa tidak jujur. Jika kuat prinsip atau idealisme awalnya, maka ia menjadi orang berkarakter, namun bila tidak, ia akan ikut sistem, terkontaminasi oleh orang2 lama yang tidak jujur itu.
Maka kejujuran yang sejati adalah kejujuran yang tidak tergoyahkan oleh godaan apapun, melainkan kejujuran karena memang kejujuran itu untuk sesuatu nilai yang lebih tinggi yaitu demi kebaikan bersama, ada jiwa empatik dan karena takut akan Tuhannya.
Kejujuran sejati itu sulit ditemukan pada jaman sekarang, terlebih di tengah jaman dimana godaan akan kekayaan dan kesuksesan dengan cara instan masih mengemuka di maindset publik.
Salam
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
iman,
integritas diri,
kejujuran,
opini
Pormadi Paternus Simbolon lahir di Parsiroan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Pendidikan SD berlangsung di SD Inpres Parsiroan (1982-1988), Pendidikan SMP di SMP Santo Paulus Sidikalang (1988-1991), Pendidikan SMA di SMA Seminari Menengah Pematang Siantar(1991-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi FIlsafat Teologi Widya Sasana Malang, Jawa Timur (1995-2000. Menikah dengan Tjuntjun pada 8 Juli 2007. Sekarang tinggal di Jakarta. Anda bisa menghubungi saya di email: pormadi.simbolon@gmail.com atau phone: +622132574808
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Pormadi"
Langganan:
Postingan (Atom)