Saya mengikuti beberapa milis bernuansa lintas keagamaan, antara lain mailing list "islam-kristen" dan "hakekat_ku". Di sana banyak anggota milis saling menyerang/mendebat. Yang muslim menyerang/mendebat iman kristiani, sebaliknya yang kristiani menyerang/mendebat iman muslim.
Perdebatan itu pastilah tidak menemukan titik temu, karena memang berrbeda pandangan teologisnya. Akhirnya, timbul sikap merendahkan iman yang lain.
Menurut saya, bagi yang beriman kepada Tuhan menurut agama Islam, biarkanlah mereka menghidupi imannya. Demikian juga, bagi yang beriman kristiani, biarkanlah mereka menghidupi imannya.
Jadi prinsipnya, saya menghormati iman anda, tapi hormati jugalah imanku.
Menurut saya, milis baik digunakan berdialog pengalaman hidup iman kita masing-masing dalam hidup sehari-hari, baik menurut Islam maupun kristiani. Kita tidak perlu mendebat, cukup menghormati dan mengapresiasinya.
Dengan demikian, kita makin menemukan hakekat kita sebagai manusia yang manusiawi, menghargai kemanusiaan kita. Semoga. Amin
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Trima kasih mengunjungi blog kami!
Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.
Selasa, Februari 07, 2012
Saya Menghormati Iman Anda, tapi Hormati jugalah Imanku
Label:
dialog agama,
hak asasi manusia,
islam-kristen,
opini

Kamis, Februari 02, 2012
Kejujuran yang Diuji
Dewasa ini, kejujuran makin langka. Namun bukan berarti kejujuran itu tidak ada. Persoalannya kejujuran itu tidak banyak terpublikasi. Menurut saya kejujuran itu masih perlu diuji.
Umumnya orang jujur itu kebanyakan orang sederhana, orang baru diterima di swasta/ kantor pemerintah. Biasanya orang baru masih penuh idealisme.
Namun setelah beberapa lama dan semakin kenal situasi dan kondisi sehari-hari di tempat kerja, kejujuran itu diuji oleh godaan dan orang2 lama yang sudah biasa tidak jujur. Jika kuat prinsip atau idealisme awalnya, maka ia menjadi orang berkarakter, namun bila tidak, ia akan ikut sistem, terkontaminasi oleh orang2 lama yang tidak jujur itu.
Maka kejujuran yang sejati adalah kejujuran yang tidak tergoyahkan oleh godaan apapun, melainkan kejujuran karena memang kejujuran itu untuk sesuatu nilai yang lebih tinggi yaitu demi kebaikan bersama, ada jiwa empatik dan karena takut akan Tuhannya.
Kejujuran sejati itu sulit ditemukan pada jaman sekarang, terlebih di tengah jaman dimana godaan akan kekayaan dan kesuksesan dengan cara instan masih mengemuka di maindset publik.
Salam
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Umumnya orang jujur itu kebanyakan orang sederhana, orang baru diterima di swasta/ kantor pemerintah. Biasanya orang baru masih penuh idealisme.
Namun setelah beberapa lama dan semakin kenal situasi dan kondisi sehari-hari di tempat kerja, kejujuran itu diuji oleh godaan dan orang2 lama yang sudah biasa tidak jujur. Jika kuat prinsip atau idealisme awalnya, maka ia menjadi orang berkarakter, namun bila tidak, ia akan ikut sistem, terkontaminasi oleh orang2 lama yang tidak jujur itu.
Maka kejujuran yang sejati adalah kejujuran yang tidak tergoyahkan oleh godaan apapun, melainkan kejujuran karena memang kejujuran itu untuk sesuatu nilai yang lebih tinggi yaitu demi kebaikan bersama, ada jiwa empatik dan karena takut akan Tuhannya.
Kejujuran sejati itu sulit ditemukan pada jaman sekarang, terlebih di tengah jaman dimana godaan akan kekayaan dan kesuksesan dengan cara instan masih mengemuka di maindset publik.
Salam
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
iman,
integritas diri,
kejujuran,
opini

Sabtu, November 19, 2011
Romo Mardi tentang Semangat Keindonesiaan
Semangat 1928 merupakan semangat Keindonesiaan Mendasar. Demikian salah satu benang merah paparan Romo BS Mardiatmadja, SJ ketika menjadi pembicara dalam pertemuan tokoh agama dan tokoh masyarakat di Balikpapan, Kalimantan Timur (14/11).
Selama ini orang lebih sering melihat peristiwa 1908 sebagai semangat awal munculnya kesadaran atas "kebersamaan atau kesatuan sebagai bangsa. Menurut Romo Mardi, kurang tepat, karena tahun itu masih dominan semangat sektoral.
Semangat 1928 yang terwujud dalam Sumpah Pemuda (satu nusa, satu bangsa, satu bahasa) merupakan semangat kesatuan yang bisa membangun kerukunan dan keindonesiaan dewasa ini.
Hal itu dikatakannya, mengingat semangat keindonesiaan yang luntur yang ditandai dengan munculnya ketidakrukunan dan budaya kekerasan diantara sesama anak bangsa Indonesia.

Senin, November 07, 2011
Kehadiran Ditjen Bimas Katolik Menyegarkan
Dari kiri ke kanan: Sekjen KWI, Ketua KWI dan Dubes Vatikan. |
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
Mgr. Martinus D Situmorang, OFMCap menyampaikan apresiasianya kepada Direktur Jenderal
Bimas Katolik, Semara Duran Antonius bahwa kehadiran Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas ) Katolik
Kementerian Agama RI menyegarkan.
Hal itu dikatakan dalam sambutannya pada acara
pembukaan Sidang Tahunan KWI di jalan
Cut Meutia Jakarta (7/11). Alasannya, peran dan pelayanan Ditjen Bimas Katolik dalam melayani masyarakat
Katolik Indonesia seturut porsinya.
Lagi, menurut Ketua KWI, Ditjen Bimas Katolik
telah banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dan dan pembangunan
masyarakat Katolik Indonesia. Dia
berharap bahwa Ditjen Bimas Katolik tetap membawa dan menampilkan warna
nilai-nilai kekatolikan di lingkungan pemerintahan, khususnya di Kementerian Agama
RI.
Tanpa Motif Politis
Dirjen Bimas Katolik, Semara Duran Antonius |
Sementara itu , Direktur Jenderal Bimas
Katolik, Semara Duran Antonius mengaku bangga dan bergembira karena suara
profetis Gereja Katolik sangat didengar dan diperhitungkan para pemangku
kepentingan karena tidak ada muatan politis dan kepentingan tertentu yang
diusung. Yang ada adalah motivasi murni demi kepentingan dan kesejahteraan umum
bangsa Indonesia.
Lebih lanjut, Semara Duran Antonius menegaskan
melalui program-program kerjanya di bidang pendidikan dan urusan agama Katolik
terus menerus berupaya membangun masyarakat Katolik Indonesia bersama mitra institusi
Gereja Katolik. Ditjen Bimas Katolik akan terus membangun dan memelihara
kemitraan dengan lembaga Gereja Katolik dalam membangun masyarakat Katolik
seturut otonomitasnya masing-masing.
Ditjen Bimas Katolik berkeinginan untuk
mengetahui apa saja program kerja KWI untuk menghindari adanya benturan di lapangan.
Ditjen Bimas Katolik selalu mendukung dan membantu program kerja KWI melalui
Renstra (red. Rencana Strategis) dalam mewujudkan masyarakat Katolik yang
sepenuh-penuhnya Katolik, dan seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia.
Hadir pada acara tersebut, selain Dirjen Bimas
Katolik dan Ketua KWI, juga ada Pendeta Gomar Gultom (mewakili Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia), Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi, uskup-uskup se-Indonesia dan segena jajaran struktural KWI.
Label:
agama,
berita,
BIMAS KATOLIK,
birokrasi,
GEREJA KATOLIK,
kwi

Minggu, Oktober 02, 2011
Mewujudkan Masyarakat Pancasila, Mensukseskan Demokrasi
Masyarakat Indonesia dapat menjadi Pancasilais bila terlebih dahulu mensukseskan demokrasi. Demikian salah satu benang merah presentasi Romo Franz Magnis Suseno dalam Pertemuan Dialog Kerukunan Umat Beragama Tingkat Nasional di Kupang yang difasilitas oleh Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI (29/09).
Pancasila merupakan konsensus bersama masyarakat Indonesia untuk memecahkan persoalan dasar negara apakah berdasarkan paham nasionalisme atau berdasarkan agama. Para pendahulu dan pendiri bangsa menerima Pancasila sebagai solusi terbaik.
Sayangnya dalam sejarah, Pancasila belum diimplementasi sebagai etika politik bangsa, tetapi kerapkali hanya sebagai jargon dan rumusan indah belaka.
Menurut Romo Magnis, nilai-nilai Pancasila harus benar-benar dioperasionalkan dalam tata hidup bersama sebagai bangsa dan negara mulai dari sila Ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan kesatuan kerakyatan dan perwakilan, hingga mewujudkan keadilan.
Untuk bisa mewujudkan Indonesia benar-benar Pancasilais, maka demokrasi harus disukseskan. Mensukseskan demokrasi berarti negara antara lain harus menegakkan hukum, karena hukum adalah salah satu pilar demokrasi. Kasus-kasus Korupsi, money politic, kekerasan bernuansa SARA harus segera dilaksanakan.
Dengan pensuksesan demokrasi, maka nilai-nilai Pancasila bisa dioperasional dalam hidup bersama. Di dalam Pancasila, semua warga NKRI dilindungi dan dijamin keberadaannya. Kalau ada orang menolak, mengganti atau mencairkan Pancasila berarti menghilangkan NKRI.
Pada akhir presentasinya, Romo Magnis menegaskan bahwa ada dua tantangan besar yaitu memajukan bangsa dan tetap menjaga cita-cita bersama, kita bersedia hidup sederhana asal terjamin; yang kedua memanfaatkan kebebasan demokratis buah reformasi untuk menentang para konspirasi perusak bangsa Indonesia. (Pormadi)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Pancasila merupakan konsensus bersama masyarakat Indonesia untuk memecahkan persoalan dasar negara apakah berdasarkan paham nasionalisme atau berdasarkan agama. Para pendahulu dan pendiri bangsa menerima Pancasila sebagai solusi terbaik.
Sayangnya dalam sejarah, Pancasila belum diimplementasi sebagai etika politik bangsa, tetapi kerapkali hanya sebagai jargon dan rumusan indah belaka.
Menurut Romo Magnis, nilai-nilai Pancasila harus benar-benar dioperasionalkan dalam tata hidup bersama sebagai bangsa dan negara mulai dari sila Ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan kesatuan kerakyatan dan perwakilan, hingga mewujudkan keadilan.
Untuk bisa mewujudkan Indonesia benar-benar Pancasilais, maka demokrasi harus disukseskan. Mensukseskan demokrasi berarti negara antara lain harus menegakkan hukum, karena hukum adalah salah satu pilar demokrasi. Kasus-kasus Korupsi, money politic, kekerasan bernuansa SARA harus segera dilaksanakan.
Dengan pensuksesan demokrasi, maka nilai-nilai Pancasila bisa dioperasional dalam hidup bersama. Di dalam Pancasila, semua warga NKRI dilindungi dan dijamin keberadaannya. Kalau ada orang menolak, mengganti atau mencairkan Pancasila berarti menghilangkan NKRI.
Pada akhir presentasinya, Romo Magnis menegaskan bahwa ada dua tantangan besar yaitu memajukan bangsa dan tetap menjaga cita-cita bersama, kita bersedia hidup sederhana asal terjamin; yang kedua memanfaatkan kebebasan demokratis buah reformasi untuk menentang para konspirasi perusak bangsa Indonesia. (Pormadi)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
agama,
demokrasi,
habitus baru,
nilai-nilai pancasila

Kamis, Agustus 18, 2011
FX Suharno: Sekretaris Baru Ditjen Bimas Katolik
![]() |
FX Suharno dalam suatu kesempatan menjadi Narasumber |
Harus pandai membina sinergi
Dalam sambutannya Menteri Agama mengingatkan, "Seorang pemimpin juga harus pandai membina sinergi dan kerja sama yang bermartabat dengan segenap pemangku kepentingan,".
Selain itu, Menag Suryadharma Ali juga mengingatkan pengembangan budaya kerja dan etika birokrasi di lingkungan kementerian tersebut. Setiap pimpinan harus mampu memotivasi bawahan untuk pengembangan potensi diri dan memacu prestasi kerja secara optimal. "Seorang pemimpin yang diharapkan bisa mengembangkan organisasi ke depan dan menjaga citra baik Kementerian Agama," ia menegaskan.
Adapun pejabat yang dilantik dan diambil sumpahnya adalah Dirjen Bimas Buddha Agustinus Joko Wuryanto, mengukuhkan kembali Rektor IAIN Raden Fatah Palembang H.Aflatun Muchtar, , Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Heru Budi Santoso, Ketua STAB Raden Wijaya Wonogiri Suhartoyo Pusaka Jati.(Pinmas Kemenag/pormadi)

Kamis, Mei 05, 2011
Dirjen Bimas Katolik Baru: Semara Duran Antonius
Dari kiri ke kanan: Mereka yang dilantik,Semara Duran Anotnius, Dirjen Bimas Katolik, FX SUharno, Direktur Pendidikan Agama Katolik dan Drs. Natanael Sesa, M.Si sebagai Direktur Urusan Agama. |
Beberapa diantaranya adalah Bapak Semara Duran Antonius menjadi Direktur Jenderal Bimas Katolik dan Bapak Saur Hasugian menjadi Dirjen Bimas Kristen.
Selain itu, Menteri Agama juga melantik pejabat eselon II di Kemenag RI. Bapak FX Suharno yang sebelumnya Direktur Urusan Agama dilantik menjadi Direktur Pendidikan Agama Katolik. Posisi Direktur Pendidikan Agama Katolik dijabat oleh Bapak Drs.FX Suharno.
Ditjen Bimas Katolik merupakan salah satu unit Eselon I Kementerian Agama RI yang bertugas sebagai fasilitator di bidang layanan dan bimbingan masyarakat Katolik seluyruh Indonesia. (Pormadi)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
BIMAS KATOLIK,
GEREJA KATOLIK,
kementerian agama

Langganan:
Postingan (Atom)