Trima kasih mengunjungi blog kami!

Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.

Jumat, Agustus 13, 2010

JANGAN MALU AKUI DIRI GURU AGAMA

Jangan malu mengakui sebagai Guru Agama, apalagi sebagai Guru Agama Katolik. Tugas anda mulia. Tanggung jawab anda di Pendidikan agama bukan hanya untu mentransfer ilmu tetapi bagaimana mengubah perilaku anak didik dengan kompetensi dan teladan dari seorang Guru Agama Katolik. Demikian salah satu pesan pertemuan Pembinaan Guru Agama Katolik Tingkat Menengah Lokal Provinsi Sumatera Selatan (17-20 Mei 2010) di Palembang.

Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih empat hari itu dan diikuti 35 orang peserta Guru Agama Katolik (GAK) dan para pembina agama, menurut Ketua Panitia, Drs. Alphonsus Supardi, MM adalah agar peserta pertemuan dapat meningkatkan mutu seorang Guru Agama Katolik sehingga kepercayaan diri dan motivasi/spiritualitas meningkat dalam melaksanakan tugas dan karyanya.

Sementara itu Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan dalam sambutan yang dibacakan oleh Bapak H. Amri, Kabag TU berpesan, bahwa sebagai GURU, tugas mereka bukan hanya mengajar, tetapi terutama sebagai pendidik yang memberi teladan: menanamkan pendidikan nilai, sikap mental yang positif, membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan berakhlak mulia dan toleran. Hal itu penting mengingat sekarang ini kondisi pendidikan kita masih memprihatinkan.

Oleh karena itu, didorong oleh niat iklas dan berangkat dari situasi pendidikan nasional yang memprihatinkan, Pemerintah akan menempuh berbagai upaya meningkatkan mutu pendidikan yang dicirikan dengan pendidikan yang tanggap pada situasi global, pendidikan yang mengembangkan potensi peserta secara utuh, mengembangkan kemampuan belajar terus menerus.

Senada dengan Kepala Kanwil tentang keadaan pendidikan nasional, Dirjen Bimas Katolik, yang diwakili Direktur Pendidikan Agama katolik, Drs. Natanael Sesa, M.Si, memberikan catatannya. Catatan tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PAPK) dengan kenyataan hidup sekarang ini: masih pada taraf pengetahuan belum pada pembentukan sikap dan kepribadian; metode pembelajaran belum menyentuh hati dan pengaruh lingkungan yang kurang mendukung.

Upaya Perbaikan

Untuk itu Pemerintah dalam hal ini Ditjen Bimas Katolik melakukan pembinaan antara lain melalui acara semacam ini dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama Katolik dengan keyakinan bahwa guru adalah faktor dominan dalam mewujudkan mutu pendidikan. Kalau guru tidak beriman, bagaimana muridnya bisa beriman. Guru akan menjadi ukuran.

Untuk itu lanjutnya, Pemerintah berharap GAK menambah wawasan tentang tugas dan fungsi mereka sebagai GAK. Mereka memahami kondisi riil masyarakat kita. Mereka seyogiyanya menggunakan kesempatan ini menjernihkan kembali motivasi sebagai GAK (spiritualitas). Mereka saling berbagi pengalaman, dan saling menguatkan satu-sama lain untuk menjadi lebih kreatif serta menghargai panggilannya sebagai GAK.

Situasi Aktual

Sebagai Direktur Pendidikan Agama Katolik dan sebagai Narasumber Bapak Drs. Natanael Sesa, M.Si memaparkan materi tentang Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan dan Kebijakan Teknis di Bidang Pendidikan Agama Katolik Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan dan Kebijakan Teknis di Bidang Pendidikan Agama Katolik. Menurutnya, berangkat dari tantangan aktual seperti adanya pergeseran nilai persatuan dan kesatuan bangsa menjadi pengedepanan kepentingan kelompok menguat/keretakan hidup berbangsa, adanya formalisme ggama yang lebih mengutamakan simbol daripada perbuatan/ aktualisasi nilai/ajaran agama. Selain itu nilai-nilai Pancasila menjadi kabur atau dikaburkan, dan yang lebih parah terjadi kemerosotan moral sekaligus fungsi hati nurani semakin pudar.

Salah satu upaya untuk perbaikan keadaan bangsa yang dilakukan Pemerintah dalam hal ini Ditjen Bimas Katolik adalah melakukan tingakan konkrit antara lain melalui pembinaan GAK yaitu peningkatan motivasi spiritualitas GAK melalui retret. Upaya lain adalah melalui pembinaan, GAK dapat mengembangkan wawasan tugas sebagai GAK melalui pembinaan profesionalitas; menyiapkan Kader Katolik melalui latihan kepemimpinan (kaderisasi) mahasiswa umum/PTAKS; memperluas akses pendididkan keagamaan Katolik melalui pemberian ijin pendirian Perguruan Tinggi Agama Katolik Swasta, ; meningkatkan kualifikasi pendidikan GAK melalui dual modes system, mengupayakan sertifikasi GAK dan memberikan bantuan honor dan beasiswa.

GAK yang militan

Sementara itu Narasumber lain, Romo Blasius Sukoto,SCJ, mengatakan semua orang Katolik termasuk seorang Guru Agama Katolik yang oleh karena menerima pembabtisan yang sama dipanggil untuk menjadi pewarta, dengan prinsip cerdas secara intelektual, dewasa secara emosional, beriman mendalam. Banyak orang pintar, namun emosi tidak digarap menjadi tidak berdaya guna dan memadai. Lanjut Romo Blasius yang aktif di bidang pembinaan kepemudaan di Keuskupan Palembang , Guru Agama Katolik diharapkan sebagai pewarta dan pendidik yang militan. Militansi dibangun dengan disiplin dan integritas diri yang tinggi di bidang katolisitas.

Narasumber lain, Pastor FX. Budi Haryono, S.Th, Bac,Tdg, SCJ, yang juga sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi di Palembang, menegaskan keempat kompetensi yang harus dikembangkan seorang GAK adalah pertama kompetensi Kepribadian menyangkut integritas, dewasa, berwibawa, arif, berakhlak mulia. Kedua, kompetensi pedagogik menyangkut analisis, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, penilaian/evaluasi. Ketiga, kompetensi profesionalitas menyangkut penguasaan materi, pengayaan bahan, pengusahaan metode. Keempat, kompetensi sosial menyangkut human relation, komunikasi segala arah, dan adaptabilitas.

Menurutnya, model yang bisa dijadikan teladan dalam membangun keempat kompetensi ini adalah Yesus Kristus. Semua kompetensi ini ada dalam diri Sang Guru kita yaitu Yesus Kristus. Antara karya dan perbuatan adalah satu dalam diri Yesus Kristus. Sebagai GAK, kita dipanggil mengikuti Dia, membangun relasi personal dan menimba pengetahuan langsung dari Sang Jalan, kebenaran dan Hidup itu. Kemudian membagikan kompetensi itu kepada para peserta didik. Dialah model kita dalam mengajar dan berbuat.

Khas Pendidikan Agama Katolik

Terkait standar materi pendidikan agama Katolik, menurut Narasumber lain,Yustinawati, M.Pd, bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan agama Katolik harus mendapat persetujuan pimpinan Gereja melalui Komisi Kateketik KWI. Soal isi ajaran agama Katolik merupakan otoritas hirarki Gereja Katolik. Gereja menerbitkan suatu pedoman kurikulum beserta indikator pencapaian kompetensi yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian yang membantu para Guru dalam pembelajaran di kelas. Itulah kekhasan pelajaran agama Katolik.

Terkait metodologi pembelajaran, Yustinawati yang juga sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Palembang, metode pembelajaran agama Katolik dan pengorganisasiannya harus menyentuh seluruh diri manusia (kogitif, afektif, psikomotorik).Untuk itu maka perlu metode khusus yang menyentuh seluruh aspek. Seluruh rencana pembelajaran (RPP) harus memperhatikan ketiga aspek tersebut secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

Untuk itu, dalam pembelajaran perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam metode pembelajaran antara lain tidak cukup ceramah, tapi langsung mengalami langsug nilai yang diajarkan; berikan kesempatan untuk refleksi (masuk dalam dirinya, memikirkan apa yang dialami); teguhkan peserta didik untuk mencoba melakukan apa yang dipelajari; biasakan melaksanakan perilaku-perilaku bernilai agar menjadi perilakunya sendiri; sediakan model nilai/teladan bagi peserta didik anda seperti model Yesus memberi teladan sikap ; latihlah peserta didik sampai kompeten dan memiliki keterampilan sosial yang baik.

Beriman dalam Masyarakat Dinamis

Sebagai GAK yang hidup di jaman penuh tantangan ini, menurut Romo Guido Suprapto,Pr, maka ia dalam karya pendidikan agama Katolik harus berlandaskan ajaran iman Katolik, menghidupi spiritualitas Katolik, memantapkan mentalitas katolisitas dan berdasarkan arah dan orientasi pendidikan Katolik pula.

Romo yang aktif bertugas di salah satu Komisi Keuskupan, menegaskan beriman dalam masyarakat dinamis antara lain, seorang GAK perlu pertama, mengembangkan iman inklusif yang menjunjung persatuan dan persaudaraan yang tulus, Gereja harus mengedepankan dialog, menghargai perbedaan. Kedua, mengedepankan pendidikan iman yang mendorong pengakuan pluralitas budaya, agama, etnis, bahasa, dan lain-lain sebagai rahmat Tuhan. Ketiga, Iman yang mendorong penghargaan terhadap martabat seorang manusia yang berarti membangun hidup bersama yang damai dan adil. Keempat, membangun iman yang mendorong perjuangan demi kebaikan bersama (bonum publicum/ bonum commune). Kelima, membangun iman yang mendorong perjuangan tanpa kekerasan.Tujuan baik tidak menghalalkan cara.

Pada akhir pertemuan, semua peserta merasakan manfaat pertemuan ini. Hal ini paling tidak diakui Romo Mariyanto, yang mewakili para peserta GAK memberikan pesan dan kesan sehabis pertemuan. “Pertemuan ini menambah wawasan. Semua acara berjalan dengan baik dan diikuti para peserta dengan tekun. Kami sangat berterima terimakasih atas kerjasama pemerintah dan Gereja Katolik. Pada pertemuan ini kami mendapat semangat dan peneguhan kembali akan tanggung jawab kami sebagai GAK dan utusan Allah setelah pertemuan ini. Semoga kami menjadi percaya diri sebagai GAK di lapangan”, demikian tandas Romo yang aktif berkarya di bidang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan Katolik.

Sementara itu dalam penutupan acara, Semara Duran Antonius, Sekretaris Ditjen Bimas Katolik yang mewakili Dirjen Bimas Katolik, menegaskan sebagai GAK tugas anda merupakan tanggung jawab besar. Para orang tua bersedia menyerahkan anak-anak mereka menjadi anak didik anda, karena mereka percaya, anda GAK yang mampu mengajar dan mendidik anak-anak mereka menjadi anak-anak pintar, berakhlak mulia, terampil dan beriman. Jadi ingatlah, pendidikan agama bukan hanya transfer ilmu tetapi juga bagaimana mengubah perilaku anak didik. Inilah tugas mulia kita. Karena tugas mulia anda itu, para GAK tak perlu minder atau malu mengakui diri sebagai GAK. Saya mendengar bahwa banyak guru agama malu atau kurang percaya diri mengakui diri sebagai guru agama. (Pormadi Simbolon).

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger