Trima kasih mengunjungi blog kami!

Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.

Jumat, April 21, 2006

Cerpenku: ANGKA DI ATAS KUBURAN

ANGKA DI ATAS KUBURAN

( Pormadi Simbolon)

"Aku yakin ... Ucok pasti bisa menamatkan diri dari SMU. Ia cukup pintar, meskipun sekolah tingkat atas di pedesaan Sidikalang. Lagi pila ia sangat rajin belajar dan membantu ibunya di ladang". Inilah kata-kata yang keluar dari mulut Halomoan melihat anaknya si Ucok pergi ke sekolah.

Tengah hari itu, seusai pulang sekolah dan makan siang, Ucok langsung menyusul ayah dan ibunya bekerja di ladang. Mereka menyiangi padi yang sudah di tanam sebulan yang lalu bersama-sama dengan tetangga. Rencananya hasil padi itu akan digunakan sebagai biaya sekolah masuk perguruan tinggi, selain biaya untuk hidup. Dengan padi, ditambah dengan sedikit hasil kopi yang harganya sangat murah, menjadi bekal penerus hidup keluarga Halomoan. "Ucok, pulang kita dulu, sudah sore, bah.... Lagipula aku masih harus mengambil tuak kita di tepi tepi jurang pinggir ladang kita" pinta Halomoan.

Ladangnya memang di daerah berlembah-lembah dan bergunung-gunung. Itulah memang keadaan dataran tinggi Sidikalang, daerah tertinggal di Sumatera Utara. Di daerah bergunung-gunung demikian, terdapat deretan pohon enau yang menjadi sumber tuak bagi penduduk.

Tuak menjadi minuman penghangat badan sebelum istirahat malam. Tuak termasuk minuman pesta dan minuman khas penduduk Sidikalang, sama seperti di tempat lain. Ayah Ucok, Halomoan senang minum tuak, meskipun sedikit, selebihnya dijual di emperan, dan menjadi tempat penduduk berkumpul sambil minum tuak. Kadang-kadang kalau pohon enau lagi tidak "bertangan", Halomoan mengolah tuak dari "tangan" pohon kelapa. Tuak dari kelapa, merupakan hal biasa. Rasanya juga, kadang-kadang lebih enak dibandingkan dengan tuak dari pohon enau. Hal itu sudah dibuktikan para tetangga. "Rasanya, lebih enaklah, tuak kelapa" kata Sinaga pelanggan setia tuak Halomoan.

Hampir setiap sore hari, para bapak-bapak berdatangan ke "warung mini" Halomoan. Tuak kadang-kadang membawa rejeki bila lagi banyak airnya. Lumayan, bila tuak sampai 5 liter per hari. Tuak menjadi penghasilan tambahan, meskipun hanya untuk membeli gula pasir dan minyak goreng masing-masing satu kilo. Ya... mengurangi pengeluaran.

*******

Pagi-pagi benar Halomoan cepat bangun. Ia membuatkan kopi untuk dirinya. Membuatkan kopi bukanlah haruas dilayani istri. Itulah kebiasaan keluarganya. Lalu langsung berangkat ke ladang memulai pekerjaannya. Sedangkan istrinya, Ria Uli memasak sarapan pagi untuk suami dan anak-anak yang sudah siap pergi ke sekolah. Maklum anak-anak harus cepat bangun karena jarak rumah dengan sekolah cukup jauh. Lagi pula harus ditempuh dengan jalan kaki. Kalau betis-betis anak-anak sekolah besar-besar ukurannya, maka itu disebabkan latihan jalan setiap pagi dan pulang dari sekolah.

Setelah anak-anak sarapan dan pergi ke sekolah, barulah Ria Uli menyusul suaminya ke ladang sambil membawa sarapan. Saat itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia tidak langsung mengajak suaminya sarapan. Ia ikut membantu suaminya menyiangi tanaman padi mereka. "Ibu Ucok, sarapanlah dulu kita, sudah pukkul sepuluh !" ajak Halomoan kepada istrinya. Perut memang sudah lapar dan harus diisi. Begitulah kebiasaan penduduk setempat yang mayoritas bermata pencaharian dari hasil ladang atau pertanian. Itulah gambaran kebanyakan petani-petani ladang di Sidikalang, kota kabupaten yang bergunung-gunung atau berbukit-bukit.

Sore itu Sinaga bersama tetangga lain kembali datang memesan tuak. Sitanggang , salah satu teman Sinaga, ikut juga hadir di warung mini Halomoan. Sitanggang yang masih serumpun dengan marga Halomoan yakni Simbolon, merupakan pecandu tuak. Selain pecandu tuak, Sitanggang mempunyai misi judi togel, judi dengan tebak angka, dulu dikenal SDSB atau Porkas. Ia menawarkan dan menjual lembaran togel kepada semua orang yang ikut minum tuak. Judi togel memang sudah terkenal dimana-mana. Tak terkecuali di pedesaan Sumatera Utara. Togel menjadi pembahasan penduduk, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu hingga ke pemuda-pemuda pengangguran. Kalau dulu para parmitu (Peminum tuak) berbicara lapo (lapangan politik), main catur dan lomba tarik suara, sekarang togel menjadi pembahasan utama. Barangkali togellah yang membuat berkurangnya pengaruh keramaian demo politik atau demo buruh di daerah ini. Kalau di daerah lain, banyak penduduk ikut demo apalagi ada yang menjarah toko-toko orang-orang Cina yang dikenal sangat tertutup dengan kelompoknya.

"Tadi malam aku bermimpi bah ! Mimpiku tentang orang gila". Kata Sinaga setelah membaca buku tafsir mimpi, yang disediakan Sitanggang. "Orang gila ? Mari kita bahas, buku ini memang menyediakan seribu satu tafsir mimpi" jelas Sitanggang. Lalu ia menunjukkan dalam buku tafsir yang mereka sebut juga buku esek-esek nipi (buku tebak mimpi), sebuah gambar orang gila dan di atasnya terdapat angka delapan tujuh. Lalu Sinaga membeli lima lembar kertas togel dengan maksud menuliskannya dalam lima tebakan. Menurut Sitanggang, tafsir mimpi tidak boleh ditafsirkan bulat-bulat dengan satu kali tebakan. Angka dari mimpi harus dibahas lagi dalam aneka tebakan. Kiat tersebut ternyata berhasil. Sinaga mendapat Rp 75.000,- untuk satu lembar dengan tebakan dua angka.

Menyaksikan Pak Sinaga yang mendapat rejeki tersebut, Halomoan akhirnya tertarik dengan judi togel. Harganya murah kok per lembar. Setiap lembar untuk tebakan versi dua angka hanya Rp 500,- saja, untuk versi tiga angka Rp 1.000,- dan untuk versi empat angka Rp 5.000,- dan untuk versi enam angka Rp 10.000,-. Itulah yang muncul dalam benaknya. Lebih menarik lagi, hadiah-hadiahnya cukup besar, untuk dua angka sebesar 75.000 rupiah, untuk tiga angka sebesar 300.000 rupiah, untuk empat angka sebesar 10.000.000, untuk lima angka sebesar 50.000.000,- dan untuk enam angka sebesar 100.000.000,-. Saya bisa kaya dan membiayai sekolah anakku, pikirnya.

Tak lama kemudian, Halomoan mewujudkan angan-angannya. Diam-diam, ia mempunyai mimpi yang selama ini selalu menemaninya dalam pembaringan. Selama ini Halomoan sudah berkali-kali menceritakan mimpi anehnya. Dalam mimpi ia selalu melihat kuburan di ladangnya. Mimpi tersebut membuat ia penasaran. Apa arti mimpi saya. Syukurlah togel ini ada, dan bisa menjadi tempat penyalurannya. Demikian pemikiran akhirnya. Buku tafsir mimpi togel pun ia pinjam. Dalam buku tersebut, tampak ada kuburan. Empat angka yang berbeda terdapat di samping gambar tersebut. "Empat angka ? ... semakin besarlah hadiahku nanti" tanyanya dalam hati bercampur hati gembira. Tanpa ragu-ragu ia membeli lima puluh lembar kertas togel, versi empat angka dengan harga seribu rupiah per lembar. Diam-diam Halomoan berkeyakinan, bahwa dengan semakin banyak tebakan, semakin banyak kemungkinan untuk menang. Ia belajar dari teman-temannya yang membeli sedikit lembaran togel dan jarang sekali menang. Ia berani menghabiskan hasil penjualan tuaknya. Ia mengacak keempat angka tersebut menjadi lima puluh tebakan versi empat angka. Ucok yang sibuk melayani pelanggan warung mini ayahnya, hanya menjadi penonton dan tidak mungkin mencampuri urusan orang-orang tua. Ucok hanya diam ketika melihat rencana ayahnya, dan ia sebagai anak mendoakan "usaha" ayahnya berhasil. Namun Ria Uli tidak tahu-menahu tentang langkah suaminya, sebab ia sibuk memasak di dapur untuk makan malam mereka. Halomoan sudah menyerahkan semua lembaran togel ke Sitanggang, tinggal menunggu pengumuman pada minggu berikutnya.

******

Dalam penantian penuh harapan, Halomoan tetap melakukan pekerjaannya. Kali ini begitu luar biasa semangatnya bekerja di ladang yang berada di antara dua perbukitan indah. Dalam benaknya, ia punya segudang angan-angan. Salah satu angan-angannya jika menjadi pemenang togel nanti adalah akan menggunakan uang tersebut untuk membeli seratus lembar togel lagi dalam versi enam angka.

Satu minggu berlalu tanpa terasa. Halomoan langsung mendatangi rumah Sitanggang, agen togel desanya. Ternyata satu dari lima puluh tebakan Halomoan benar dan ia menjadi satu-satunya pemenang di desa itu. Betapa mendalam kegembiraannya. Kegembiraan tersebut ia bagikan juga dengan Sitanggang. Ia memberikan lima ratus ribu kontan kepada agen togel tersebut. Lalu ia pulang sambil membawa uangnya. "Enak sekali hidup ini, dalam seminggu aku bisa mendapatkan uang sebesar 10.000.000 rupiah" ucapnya dalam hati. Dekat rumah, istri dan anaknya, Ucok melihat Halomoan berjalan cepat-cepat dan dengan gembira. Ucok tidak curiga, ia tahu ayahnya pasti dapat uang karena togelnya. "Ayah, minggu lalu membeli togel, ia pasti menang", kata Ucok pada ibunya. Halomoan langsung menunjukkan plastik kresek tempat uang tersebut pada istrinya. "Kita akan menjadi kaya, dan akan semakin kaya lagi dalam minggu-minggi mendatang" katanya dengan suara meyakinkan. " Pak, bernasib benar kita hari ini, bapak pasti setuju jika sebagian uang tersebut untuk dana melanjut ke Perguruan Tinggi di Medan" kata Ucok sambil merayu bapaknya. Halomoan hanya senyum, tanpa mengatakan sepatah kata juga. Rencana Halomoan kali ini makin bertambah. Dengan uang kurang lebih sepuluh juta, ia membangun tugu nenek moyangnya di Samosir dengan biaya enam juta, belum termasuk acara adat dan makan bersama, yang besarnya satu juta. Memang membangun tugu nenek moyang atau marga merupakan suatu kebanggaan orang-orang Toba. Dengan membangun tugu, status sosial menjadi lebih terpandang dan dihargai penduduk. Halomoan menjadi terkenal karena bisa menaikkan status keluarganya. "Kehebatan" Halomoan menjadi pembicaraan penduduk.


*******

Tanpa pikir yang lain-lain, diam-diam Halomoan akhirnya mewujudkan rencananya. Ia membeli seratus lembar togel versi enam angka, jadi seharga satu juta rupiah. Kali ini ia bermaksud menajdi pemenang seratus juta rupiah. Betapa tingginya impian Halomoan. Rencananya membuat ia selalu berdoa supaya mendapat mimpi lagi. Tiap malam ia berdoa minta kepada Tuhan supaya diberi mimpi versi enam angka. Satu minggu berlalu, namun mimpi belum juga datang. Hal itu tidak membuat ia putus asa. Sejenak ia merenung. Lalu akalnya muncul. Ia pergi ke Datu atau dukun peramal. supaya diberi angka atau petunjuk. Dukun, yang mereka sebut datu memberi syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syaratnya Halomoan harus menyediakan dan menyembelih ayam berwarna hitam pekat dan tak bercacat. Ayam itu harus disajikan di atas lemarinya dengan mengucapkan permohonan mimpi. Malam itu juga, ia memenuhi seperti perintah datu tersebut. Setelah mencari ayam hitam, lalu menyembelih dan menyajikannya dalam talam di atas lemarinya dan mengucapkan permohonannya.
Pagi-pagi hari Minggu itu ia agak telat bangun, sedang istrinya sudah lama bangun dan memasakkan ubi untuk sarapan mereka. Sekali lagi, ia kembali bermimpi tentang kuburan di tengah-tengah ladangnya. Keanehan mimpi tersebut tidak membuat Halomoan heran dan ragu-ragu.

Halomoan langsung membahas mimpinya dengan buku tafsir mimpi di tangan kirinya. Kelihatanlah tetap empat angka yang sama dan tidak berubah. Lagi-lagi ia tidak terlalu heran. Barangkali keempat angka ini harus diacak dan menjadikannya seratus tebakan versi enam angka. Demikian timbul dalam pikirannnya. Semua angka hasil bahasannya ia tuliskan satu persatu pada lembaran yang sudah tersedia di kamar tidurnya. Dalam tiga jam, ia dapat menyelesaikan "pekerjaannya". Pada hari itu juga ia pergi ke rumah Sitanggang menyerahkan lembaran-lembaran togelnya. Ia rela tidak masuk gereja demi seratus juta rupiah.

******

Minggu itu merupakan minggu pertama dalam bulan Mei. Ucok yang memilih jurusan ilmu eksakta selama ini sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir nasional. Ucok merasa yakin sudah siap menghadapinya. Selain pintar, ia rajin belajar baik pada malam hari maupun pada pagi-pagi kira-kira pukul empat. Ia membagi jadwal begini : malam hari mengerjakan pekerjaan rumah atau soal-soal latihan. Pagi-pagi ia mempelajari bahan yang akan diberikan gurunya. Hal itu dijalankannya seturut nasehat gurunya si Pandiangan.
Tidak sia-sia semua usaha Ucok selama ini. Ia dapat menamatkan diri dengan nilai ujian akhir nasional dengan total nilai empat puluh sembilan. "Hebat juga saya .... bah. Aku bisa mencapai nilai rata-rata tujuh. Aku hampir menyamai kedudukan juara umum se- Kabupaten Dairi dengan nilai lima puluh empat dari jurusan ilmu eksakta" puji Ucok pada dirinya. Tahun ini menurut panitia ujian, nilai-nilai ujian akhir nasional merosot, sama seperti di beberapa daerah lain. Tahun lalu nilai tertinggi mencapai 63 untuk jurusan ilmu sosial.

Ucok bangga karena dapat memenuhi harapan ayahnya selama ini. Langkah berikutnya, tinggal memikirkan jenjang ke perguruan tinggi.

******

Sebagian impian Halomoan sudah terwujud. Kali ini kembali teringat bahwa ia harus menyekolahkan anaknya sampai setinggi-tingginya. Sebab bagi mereka, anakkhon ki do hamoraon di au. Semboyan yang berarti "anakku merupakan kekayaan bagiku" tersebut merupakan prinsip bagi kebanyakan orang Toba. Banyak orang Toba rela tanpa ganti pakaian baru dan dengan makanan yang sederhana, asal saja anaknya dapat melanjut sekolah setinggi-tingginya. Demikianah pula prinsip Halomoan terhadap anak tunggalnya. Impian untuk menyekolahkan anaknya tersebut digantungkan pada togel versi enam angka yang akan diumumkan besok Minggu.

Ketika hari pengumuman togel tiba, ia dengan penuh harapan menuju rumah Sitanggang yang jaraknya kira-kira sepuluh rumah dari sebelah kiri rumahnya. Sitanggang, yang pernah mendapat persenan, menyambutnya dengan sangat hormat dan hati-hati. Lalu ia memberi lembaran pengumuman yang datang dari bandar pukul tujuh pagi tadi. Halomoan menerima lembaran tersebut seraya bertanya "Angka berapa keluar Tanggang". Namun, ia tidak mempedulikan jawaban pertanyaannya. Ia langsung melihat dan melihat sungguh-sungguh kertas berwarna-warni dan berukuran kwarto tersebut. Tak percaya, ia melihat kembali semua angka tebakannya dan mencocokkannya dengan versi enam angka yang keluar.
Akhirnya, ia baru yakin. Tak satu pun angka tebakannya persis mengena dengan pengumuman. Namun ada satu tebakan yang membuat ia penasanan. Dari enam angka tebakannya, angka paling di ekor tidak mengena, selebihnya persis mengena. Inilah yang membuat wajahnya semakin memerah. Ia mulai marah dan hendak membunuh datu peramal si pembohong. Sambil heran dan tak percaya ia pulang ke rumah. Semakin lama, ia semakin marah dan pusing-pusing. Ia melangkahkan kaki dengan tidak teratur. Ucok dan Ria uli, ibunya sudah menanti sang bapak. Suasana tempat mereka berubah. Ucok dan Ria Uli memahami bahwa sang bapak pasti ketiban sial. Tanpa mengeluarkan kata-kata, Halomoan langsung menuju kamarnya, ia tergeletak, pusing dan stres berat. Ria Uli tidak bisa berkata apa-apa, sebab selama ini perbuatan ayahnya sudah diketahui melalui cerita Ucok.

Berhari-hari Halomoan tidak selera makan dan minum. Ia sudah lama berbaring dan mengurung diri di kamar tanpa boleh diganggu siapapun. Akhirnya Halomoan tidak bisa bergerak. Menurut mantari (dokter) desa, ia kena stroke. Ia harus opname di rumah sakit. Cepat-cepat Ucok menghentikan mobil penumpang di depan rumahnya, dan membawa ayahnya ke rumah sakit umum di kota Sidikalang, yang jaraknya dua jam perjalanan angkutan desa.


******

Sebagian penduduk bisa memahami mengapa Halomoan jatuh stroke. Sebagian lagi, memandang sebelah mata. Itulah nasib orang yang mengandalkan judi. Kalau dulu pujian berdatangan kepada keluarga Halomoan, kini hinaan datang menimpanya. Mengapa tidak gara-gara togel, Halomoan melalaikan tanaman padinya, yang selama ini hanya dikerjakan Istrinya dan Ucok anaknya.

Ucok tertegun memandang ayahnya yang belum sadar di rumah sakit. Impian untuk melanjut ke perguruan tinggi di Medan sudah pupus. Uang untuk biaya pengobatan ayahku pun sudah membengkak. Ucok hanya dapat mengeluh dalam hatinya. Semuanya pupus hanya karena angka di atas kuburan.
*(saya tulis ketika masih kuliah)

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger