Para Kardinal telah memilih Paus baru. Setelah asap putih mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina di Vatikan, Rabu malam (13/3)M Kardinal Argentina Jorge Mario Bergoglio (76) terpilih sebagai Paus ke-266, menggantikan Paus Emeritus Benediktus XVI yang mengundurkan diri pada Kamis, 28 Februari 2013 lalu.
Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Semara Duran Antonius merasa sangat bahagia menyambut Paus baru yang berasal dari luar Eropa.
"Kami sebagai umat Katolik sangat bahagia bahwa sekarang sudah ada pemimpin Gereja Katolik sejagad yang memimpin 1,2 umat Katolik di seluruh dunia" kata Semara Duran Antonius kepada wartawan Kemenag.go.id.
Dengan terpilihnya paus baru Semara Duran Antonius berharap pembinaan iman umat Katolik lewat perangkat kepausan yang ada bisa berjalan dengan baik.
Lebih lanjut, ia berharap umat Katolik yang tersebar luas ke setiap negara bisa menjadi umat Gereja yang baik sekaligus juga menjadi warga negara yang baik.
"Umat Katolik adalah juga warga negara yang baik di negaranya," harapnya. (Pormadi/kemenag.go.id)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Trima kasih mengunjungi blog kami!
Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.
Jumat, Maret 15, 2013
Harapan kepada Paus Fransiskus

Kamis, Maret 07, 2013
Martabat Manusia versus Masalah HIV dan AIDS (perspektif agama Katolik)
Pengantar
Manusia diciptakan sebagai “gambar/citra Allah” karena
itu mulia derajatnya, banyak kemampuannya, besar tanggung jawabnya.Manusia
adalah makhluk paling berharga di mata Allah, oleh karena itu manusia harus
saling menjaga martabat mulia dan luhur itu dari bahaya kerusakan dan gangguan
atas hidupnya, termasuk dari bahaya HIV dan AIDS
Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa manusia diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. “…, Baiklah kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak di atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi” (Kej 1:26)
Mengenal HIV
dan AIDS dan Cara Penularannya
AIDS (acquired
Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
disebabkan oleh virus yang merusakkan sistem kekebalan tubuh manusia dan
melemahkan kemampuan tubuh manusia melawan semua penyakit yang datang. Virus tersebut disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit
AIDS menduduki peringkat keempat penyebab kematian pada manusia dewasa di
seluruh dunia.
Di Indonesia kasus HIV pertama kali ditemukan 24 tahun
yang lalu. Sejak tahun 2000, Indonesia tergolong sebagai Negara dengan epidemik
HIV terkonsenterasi (karena prevalensi HIV pada populasi pecandu narkoba
suntik/Penasun, PS/Penjaja seks, waria dan LSL/lelaki suka lelaki, di beberapa
kota mencapai lebih dari 5 %). Secara khusus di Propinsi Papua, , epidemik HIV
cenderung telah memasuki populasi umum yang menyebar 2,4 % populasi masyarakat
umum dewasa. Lima propinsi terbesar penderita HIV dan AIDS adalah Bali, Jakarta, Batam, Surabaya dan
Medan.
Cara penularannya meliputi (1) darah: transfusi darah,
terkena darah HIV positif pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi
pada kulit yang tertular, pemakaian jarum suntik yang tidak steril dan dipakai
bersama-sama, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit (yang tidak steril dan
dipakai bersama); (2) hubungan seksual: carian semen, air mani, sperma dan peju pria. Misalnya laki-laki
berhubungan dengan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks. Carian
vagina pada perempuan. Misalnya berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam
meminjam alat bantu seks, oral seks. (3) Melalui ibu yang HIV positif kepada
bayi yang dikandungnya: melalui proses kehamilan, proses menyusui, proses
persalinan.
Komitmen untuk Sosialisasi Pengetahuan Komprehensif
tentang HIV dan AIDS
Di tengah martabat manusia yang luhur itu, timbul penyakit
HIV dan AIDS yang membahayakan kehidupan
manusia. Di Indonesia, epidemi dan HIV
dan AIDS dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang dapat menghancurkan
generasi sekarang dan yang akan datang.
HIV dan AIDS dipandang tidak saja menyangkut masalah
kesehatan, tetapi juga terkait dengan masalah spiritualitas, psikososial,
lingkungan, sosial, ekonomi, hukum dan politik.
Untuk itu, semua agama berkomitmen untuk memberikan
tuntunan dan pedoman dalam semua aspek kehidupan termasuk sosialisasi HIV dan
AIDS guna mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
Komitmen itu antara
lain: (1) meningkatkan ketahanan iman bagi seluruh umatnya, (2) memberikan
dukungan nyata kepada kelompok yang rentan terhadap penularan HIV agar tidak
dikucilkan dan diabaikan hak-haknya untuk mendapatkan layanan masyarakat secara
optimal, (3) melaksanakan ajaran agama yang menegaskan kasih sayang dalam upaya
pengobatan, perawatan dan dukungan bagi orang yang hidup dengan HIV dan AIDS,
orang yang terkena dampak HIV dan AIDS termasuk anak yatim piatu dengan HIV dan
AIDS, (4) mengikutsertakan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, (5) mendorong peran keluarga dalam
mendukung ODHA secara utuh baik jasmanai maupun rohani, (6) membentuk dan atau
mengaktifkan kelompok kerja di dalam organisasi agama dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS dan (7) Mendukung upaya pemerintah dalam
pencegahan penularan HIV melalui penggunaan napza suntik, hubungan seksual dan
penularan dari ibu ke bayi dan penanggulangan AIDS.
Kebersamaan semua agama dalam komitmen ini merupakan kekuatan
penting dalam mewujudkan kesinambungan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV
dan AIDS. Sinergi dengan semua pihak terkait dapat mengoptimalkan upaya bersama
dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS.
Penutup
Martabat manusia amat berharga di hadapan Tuhan, oleh
karena itu setiap orang harus menghargai tubuh dan kehidupannya, dan memuliakan dan
mengabdi Tuhan lewat ketubuhan dan kehidupannya untuk kebahagiaan semua umat
manusia. Bagi Indonesia, upaya pencegahan dan penanggulangan ini, dapat
mengurangi dampak bahaya HIV dan AIDS bagi generasi penerus bangsa. (Pormadi Simbolon – dari berbagai sumber)
Label:
agama katolik,
martabat manusia,
masalah HIV dan AIDS,
opini,
penyuluhan agama Katolik,
sosialisasi pengetahuan HIV dan AIDS

Selasa, Februari 19, 2013
Menyelenggarakan Sekolah Keagamaan Katolik Negeri
![]() | |||||||
Semara Duran Antonius (paling Kanan) bersama Nunius Vatikan dan para Uskup |
"Yang aktual dalam bentuk keikutsertaan masyarakat Katolik menyelenggarakan pendidikan keagamaan Katolik dalam bentuk Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri," kata Semara Duran Antonius, Direktur Jenderal Bimas Katolik seperti dikutip situs kemenag.go.id dalam pertemuan dengan wartawan di kantor Kementerian Agama, Jalan Thamrin Jakarta, Senin (18/2).
Semara Duran Antonius menjelaskan, Ditjen Bimas Katolik mengelola anggaran sebesar Rp 572 miliar dengan jumlah umat Katolik sebesar 8,9 juta jiwa. "Untuk anggaran pendidikan yaitu pengembangan dan pembinaan pendidikan agama Katolik sebesar 60,3 milyar. Karena kalau bicara pendidikan, SDM yang penting yakni, Guru. Guru dituntut empat kompetensi pokok, kepribadian, profesional, pedagogik dan sosial."
Ditjen Bimas Katolik memiliki satu program yaitu Program Bimbingan Masyarakat Katolik. Program tersebut dijabarkan dalam bentuk fasilitasi bagi umat Katolik Indonesia melalui: peningkatan kualitas kehidupan beragama, peingkatan kualitas kerukunan hidup beragama, peningkatan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan Katolik dan peningkatan kualitas tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Terkait masalah hangat dewasa ini, yaitu masalah sekolah Katolik agar memberi pelajaran agama sesuai agama siswa, Dirjen Bimas Katolik mengatakan, pihaknya telah berupaya mengingatkan sekolah-sekolah Katolik agar melaksanakan amanat Undang-undang, bahwa setiap sekolah harus memberikan mata pelajaran agama siswa sesuai agamanya masing-masing.
Dia mengatakan bahwa sekolah Katolik mempunyai kekhasan, tetapi sekolah katolik kalau mengajarkan agama Katolik tidak bertujuan untuk mengkatolikkan.
Selama ini sudah ada anjuran agar Sekolah-sekolah Katolik mencermati UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama.
Menurutnya, dengan ketentuan itu, ada manfaat yang dialami yaitu: menjaga keutuhan dan kemurnian ajaran agama; kedua, dengan adanya guru agama yang seagama dan memenuhi syarat kelayakan mengajar akan dapat menjaga kerukunan hidup beragama bagi peserta didik yang berbeda agama tapi belajar pada satuan pendidikan yang sama, ketiga, pendidikan agama yang diajarkan oleh pendidik yang seagama menunjukkan profesionalitas dalam penyelenggaraan proses pembelajaran pendidikan agama.
Ketika ditanya wartawan tentang pengunduran diri paus, Semara Duran Antonius berkomentar, Paus mundur karena faktor kesehatan. "Kita tahu betul di beberapa momen dia jalan sudah setengah mati, karena itu dia sadar betul, sudah tua, memberi kesempatan yang lain", katanya. "Dalam ajaran iman kami tunduk pada Sri Paus, tapi sebagai warganegara kami taat pada NKRI", tegasnya. (Pormadi/kemenag.go.id)
Label:
berita,
BIMAS KATOLIK,
direktur jenderal bimas katolik,
GEREJA KATOLIK,
sekolah katoloik negeri

Senin, November 12, 2012
Pelatihan Pengawas dulu, kemudian Guru
Para pengawas pendidikan agama Katolik memiliki tugas dan tanggung jawab berat, antara lain membina dan mendampingi para guru pendidikan agama Katolik agar dapat membawa peserta didik menjadi warga Katolik 100% Katolik dan 100% warga negara Pancasilais.
Untuk itu para pengawas agama Katolik perlu dibina antara lain melalui pembinaan para pengawas pendidikan agama Katolik tingkat menengah nasional di Bogor ini. Demikian beberapa hal disampaikan Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Jumat (8/11) di Bogor Jawa Barat.
Para Pengawas yang kerap dijuluki "gurunya guru" tersebut berjumlah 65 orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai dengan Papua. Mereka dengan antusias mengikuti rangkaian acara.
Agustinus Tungga Gempa, Sekretaris Ditjen Bimas Katolik menegaskan para pengawas perlu mengembangkan 6 kompetensi (kepribadian, sosial, supervisi manajerial, supervisi akademik, penelitian dan pengembangan dan evaluasi pendidikan agama) dan profesionalitas antara lain di bidang penelitian dan karya tulis ilmiah agar dapat melatih Guru Pendidikan Agama Katolik menjadi kompeten dan profesional di bidang terebut.
Salman Habeahan yang ikut menjadi narasumber menegaskan para pengawas harus mampu mengembangkan diri di bidang penelitian antara lain penelitian tindakan sekolah. Hal ini amat berguna bagi penjaminan mutu penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan agama Katolik (PAK).
Lebih lanjut, Salman Habeahan yang lulus doktoral Universitas Negeri Jakarta, kemampuan melaksanakan evaluasi program kepengawasan penting dikembangkan karena evaluasi merupakan titik tolak menuju perbaikan mutu PAK.
Hadir narasumber lainnya, Nurlena Rifai, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasionaal membina para pengawas di bidang supervisi manajerial dan akademik.
Masih terkait bidang kompetensi pengawas, Fidelis Waruwu, dosen psikolodi trainer MBTI melatih para pengawas untuk semakin kompeten di bidang kecerdasan kepribadian dan sosial serta pentingnya pendidikan karakter di sekolah. Tiap orang akan cerdas secara sosial bila terlebih dahulu cerdas di bidang kepribadian.
Lanjutnya, pendidikan karakter di sekolah bisa berhasil bila ada komitmen kepala sekolah untuk menerapkan praktek penanaman nilai-nilai di sekolah. Kepala Sekolah harus menciptakan suasana sekolah sebagai tempat observasi peserta didik di bidang praktek nilai-nilai. Hal ini bisa dilaksanakan jika para guru menjadi model/teladan di bidang nilai-nilai tersebut, tegasnya.
A. Harmadi, salah satu pengawas PAK Menengah dari Sumatera Selatan, mengkritisi pembinaan pengawas selama ini. Menurutnya, para pengawas harus lebih banyak mendapat pendidikan dan pelatihan di bidang kompetensinya, dibandingkan para guru PAK.
Pertemuan pembinaan tersebut berlangsung 5 hari dar tanggal 8 sampai dengan 12 November di Hotel Cipayung Asri Bogor.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Untuk itu para pengawas agama Katolik perlu dibina antara lain melalui pembinaan para pengawas pendidikan agama Katolik tingkat menengah nasional di Bogor ini. Demikian beberapa hal disampaikan Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Jumat (8/11) di Bogor Jawa Barat.
Para Pengawas yang kerap dijuluki "gurunya guru" tersebut berjumlah 65 orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai dengan Papua. Mereka dengan antusias mengikuti rangkaian acara.
Agustinus Tungga Gempa, Sekretaris Ditjen Bimas Katolik menegaskan para pengawas perlu mengembangkan 6 kompetensi (kepribadian, sosial, supervisi manajerial, supervisi akademik, penelitian dan pengembangan dan evaluasi pendidikan agama) dan profesionalitas antara lain di bidang penelitian dan karya tulis ilmiah agar dapat melatih Guru Pendidikan Agama Katolik menjadi kompeten dan profesional di bidang terebut.
Salman Habeahan yang ikut menjadi narasumber menegaskan para pengawas harus mampu mengembangkan diri di bidang penelitian antara lain penelitian tindakan sekolah. Hal ini amat berguna bagi penjaminan mutu penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan agama Katolik (PAK).
Lebih lanjut, Salman Habeahan yang lulus doktoral Universitas Negeri Jakarta, kemampuan melaksanakan evaluasi program kepengawasan penting dikembangkan karena evaluasi merupakan titik tolak menuju perbaikan mutu PAK.
Hadir narasumber lainnya, Nurlena Rifai, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasionaal membina para pengawas di bidang supervisi manajerial dan akademik.
Masih terkait bidang kompetensi pengawas, Fidelis Waruwu, dosen psikolodi trainer MBTI melatih para pengawas untuk semakin kompeten di bidang kecerdasan kepribadian dan sosial serta pentingnya pendidikan karakter di sekolah. Tiap orang akan cerdas secara sosial bila terlebih dahulu cerdas di bidang kepribadian.
Lanjutnya, pendidikan karakter di sekolah bisa berhasil bila ada komitmen kepala sekolah untuk menerapkan praktek penanaman nilai-nilai di sekolah. Kepala Sekolah harus menciptakan suasana sekolah sebagai tempat observasi peserta didik di bidang praktek nilai-nilai. Hal ini bisa dilaksanakan jika para guru menjadi model/teladan di bidang nilai-nilai tersebut, tegasnya.
A. Harmadi, salah satu pengawas PAK Menengah dari Sumatera Selatan, mengkritisi pembinaan pengawas selama ini. Menurutnya, para pengawas harus lebih banyak mendapat pendidikan dan pelatihan di bidang kompetensinya, dibandingkan para guru PAK.
Pertemuan pembinaan tersebut berlangsung 5 hari dar tanggal 8 sampai dengan 12 November di Hotel Cipayung Asri Bogor.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
berita,
BIMAS KATOLIK,
guru agama katolik,
pendidikan,
pengawas

Selasa, Oktober 30, 2012
Kader Anti Narkoba: Berani Berbeda
Budaya konformitas kaum muda sekarang sangat memprihatinkan. Lihat saja, kehadiran budaya K-Pop yang masuk ke Indonesia begitu gampang merasuki kaum muda. Tidak sedikit, orang dari luar Jakarta rela membeli tiket untuk ikut nonton budaya K-Pop, agar ikut gaul dengan kawula muda lainnya. Itulah budaya konformitas yang ada di tempat kita
Budaya konformitas ini juga merupakan awal banyaknya membuat kaum muda yang menjadi pengguna narkoba di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh E.S. Tyas Suci, Ph.D, dosen psikologi Unika Atmaja Jaya dalam acara Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dalam rangka implementasi INPRES 12 Tahun 2011 di Jakarta, Selasa, (30/10).
Untuk itu, lanjut E.S. Tyas Suci, orang tua dan semua pihak berkepentingan agar mengajak kaum muda untuk bersikap kritis dengan berani berbeda dari kebanyakan orang di sekitar, dan tahu kapan harus mengikuti perilaku tertentu. Kaum muda harus berani mengambil sikap untuk mengatakan tidak pada narkoba.
Kepada para peserta, narasumber mengajak untuk melakukan advokasi narkoba yang berguna untuk mencegah penggunaan narkoba dan membantu pengobatan, perawatan dan support pada pengguna narkoba.
Lanjut Tyas, adapun tahapan umum advokasi: tempatkan masalah/situasi di agenda; lalu bangun dukungan untuk melakukan sesuatu pada masalah dan solusinya.
Di sini peran kader anti narkoba untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada para pejabat dan staf lingkungan instansi pemerintah di pusat, mengenai kondisi dan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan membangkitkan komitmen kepedulian (aware, care, beware) dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkungan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Budaya konformitas ini juga merupakan awal banyaknya membuat kaum muda yang menjadi pengguna narkoba di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh E.S. Tyas Suci, Ph.D, dosen psikologi Unika Atmaja Jaya dalam acara Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dalam rangka implementasi INPRES 12 Tahun 2011 di Jakarta, Selasa, (30/10).
Untuk itu, lanjut E.S. Tyas Suci, orang tua dan semua pihak berkepentingan agar mengajak kaum muda untuk bersikap kritis dengan berani berbeda dari kebanyakan orang di sekitar, dan tahu kapan harus mengikuti perilaku tertentu. Kaum muda harus berani mengambil sikap untuk mengatakan tidak pada narkoba.
Kepada para peserta, narasumber mengajak untuk melakukan advokasi narkoba yang berguna untuk mencegah penggunaan narkoba dan membantu pengobatan, perawatan dan support pada pengguna narkoba.
Lanjut Tyas, adapun tahapan umum advokasi: tempatkan masalah/situasi di agenda; lalu bangun dukungan untuk melakukan sesuatu pada masalah dan solusinya.
Di sini peran kader anti narkoba untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada para pejabat dan staf lingkungan instansi pemerintah di pusat, mengenai kondisi dan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan membangkitkan komitmen kepedulian (aware, care, beware) dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkungan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Cermati Modus Operandi Peredaran Narkoba
Hati-hati dan cermati aneka modus operandi peredaran gelap narkoba. Perkembangan terakhir, modus operandi peredaran gelap narkoba melalui rekrutmen kurir. Hal ini dikatakan oleh Ali Johardi, Kepela BNN Provinsi DKI Jakarta dalam acara Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dalam rangka implementasi INPRES 12 Tahun 2011 di Jakarta (30/12).
Perhatikan dan waspadai ada setidaknya 3 macam bentuk modus operandi rekrutmen pengedar narkoba. Pertama, direkrut secara langsung dan is calon kurir secara sadar mau menjadi kurir dengan segala resiko.
Modus kedua, direkrut dengan berbagai cara atau pendekatan yang berupa tipu muslihat, diperdaya, dijebak, seperti: dipacari dan diajak nikah di luar negeri; diajak jalan-jalan gratis ke luar negeri; diajak kerjasama membangun bisnis di luar negeri, dititipi paket berupa kotak doss oleh teman sendiri; dipinjami alamat rumah.
Modus ketiga, sebagian kurir direkrut berasal dari para TKI/TKI yang sedang bekerja di luar negeri dan akan pulang ke Indonesia.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkingan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Perhatikan dan waspadai ada setidaknya 3 macam bentuk modus operandi rekrutmen pengedar narkoba. Pertama, direkrut secara langsung dan is calon kurir secara sadar mau menjadi kurir dengan segala resiko.
Modus kedua, direkrut dengan berbagai cara atau pendekatan yang berupa tipu muslihat, diperdaya, dijebak, seperti: dipacari dan diajak nikah di luar negeri; diajak jalan-jalan gratis ke luar negeri; diajak kerjasama membangun bisnis di luar negeri, dititipi paket berupa kotak doss oleh teman sendiri; dipinjami alamat rumah.
Modus ketiga, sebagian kurir direkrut berasal dari para TKI/TKI yang sedang bekerja di luar negeri dan akan pulang ke Indonesia.
Acara yang diselenggarakan BNN RI itu diikuti para peserta dari berbagai Instansi Pemerintahan baik Kementerian (seperti Kemenag, KLH, kemendagri, dll) maupun non Kementerian dalam rangka membentuk kader anti narkoba di lingkingan instansi pemerintah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Label:
badan narkotika nasional,
berita,
bnn,
instansi pemerintah,
kader anti-narkoba,
pemberantasan narkoba

Senin, September 24, 2012
Anggaran Penelitian Dosen akan Disediakan
“Kami akan menyediakan dana penelitian, kalau
Lembaga Perguruan Tinggi Agama katolik Swasta (PTAKS) sudah membentuk lembaga
penelitian”, demikian tegas Direktur Jenderal Bimbigan Masyarakat Katolik, Semara Duran Antonius, dalam
sambutannya pada pembukaan acara Pertemuan Pelatihan Penelitian Dosen PTAKS
(15/9) di Yogyakarta.
Dalam kesempatan itu, ketua penyelenggara
menjelaskan bahwa pelatihan penelitian dosen di bidang pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan dimaksudkan untuk membina para dosen dalam penelitian
karena penelitian merupakan salah satu tugas utama para dosen dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Harapannya para dosen semakin profesional dalam tugas
fungsinya sebagai dosen.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi DI Yogyakarta, H. Maskul Haji, M.PdI menyambut baik penyelenggaraan
acara di Yogyakarta. Ia menyampaikan bahwa Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi adalah ikut mendukung program Kementerian Agama Pusat melalui visi dan
misinya.
Peserta
pertemuan tersebut berjumlah 35 orang terdiri dari utusan Perguruan Tinggi
Agama Katolik Swasta seluruh Indonesia. Narasumber yang diundang adalah Felix
Lengkong, Stanislaus S Uyanto dari Universitas Katolik Atmajaya dan Romo F.
Purwanto, SCJ dari Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta. Ikut hadir juga
Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama RI, Bapak Suharto Yohanes.
Label:
agama,
BIMAS KATOLIK,
kementerian agama,
penelitian dosen,
penelitian pastoral,
semara duran antonius

Langganan:
Postingan (Atom)